Sara Bokker, dulunya adalah seorang model, aktris, aktivis dan instruktur fitness. Seperti umumnya gadis remaja Amerika yang tinggal di kota besar, Bokker menikmati kehidupan yang serba gemerlap. Ia pernah tinggal di Florida dan South Beach, Miami, yang dikenal sebagai tempat yang glamour di Amerika. Kehidupan Bokker ketika itu hanya terfokus pada bagaimana ia menjaga penampilannya agar menarik di mata orang banyak.
Setelah bertahun-tahun, Bokker mulai merasakan bahwa ia selama ini sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi "tawanan" penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagian diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamour. Bokker pun mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta ke pesta dan alkohol ke meditasi, mengikuti aktivitas sosial dan mempelajari berbagai agama.
Sampai terjadilah serangan 11 September 2001, dimana seluruh Amerika bahkan diseluruh dunia mulai menyebut-nyebut Islam, nilai-nilai Islam dan budaya Islam, bahkan dikait-kaitkan dengan deklarasi "Perang Salib" yang dilontarkan pimpinan negara AS. Bokker pun mulai menaruh perhatian pada kata Islam.
"Pada titik itu, saya masih mengasosiasikan Islam dengan perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda, pemukulan terhadap istri, harem dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan aktivis, saya menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia," kata Bokker seperti dikutip dari Saudi Gazette.
Suatu hari, secara tak sengaja Bokker menemukan kita suci al-Quran, kitab suci yang selama ini pandang negatif oleh Barat. "Awalnya, saya tertarik dengan tampilan luar al-Quran dan saya mulai tergelitik membacanya untuk mengetahui tentang eksistensi, kehidupan, penciptaan dan hubungan antara Pencipta dan yang diciptakan. Saya menemukan al-Quran sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam, tanpa saya perlu menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor," sambung Bokker.
Akhirnya, Bokker benar-benar menemukan sebuah kebenaran, ia memeluk Islam dimana ia merasa hidup damai sebagai seorang Muslim yang taat. Setahun kemudian, ia menikah dengan seorang lelaki Muslim. Sejak mengucap dua kalimat syahdat Bokker mulai mengenakan busana Muslim lengkap dengan jilbabnya.
"Saya membeli gaun panjang yang bagus dan kerudung seperti layaknya busana Muslim dan saya berjalan di jalan dan lingkungan yang sama, dimana beberapa hari sebelumnya saya berjalan hanya dengan celana pendek, bikini atau pakaian kerja yang 'elegan'," tutur Bokker.
"Orang-orang yang saya jumpai tetap sama, tapi untuk pertama kalinya, saya benar-benar menjadi seorang perempuan. Saya merasa terlepas dari rantai yang membelenggu dan akhirnya menjadi orang yang bebas," Bokker menceritakan pengalaman pertamanya mengenakan busana seperti yang diajarkan dalam Islam.
Setelah mengenakan jilbab, Bokker mulai ingin tahu tentang Niqab. Ia pun bertanya pada suaminya apakah ia juga selayaknya mengenakan niqab (pakaian muslimah lengkap dengan cadarnya) atau cukup berjilbab saja. Suaminya menjawab, bahwa jilbab adalah kewajiban dalam Islam sedangkan niqab (cadar) bukan kewajiban.
Tapi satu setengah tahun kemudian, Bokker mengatakan pada suaminya bahwa ia ingin mengenakan niqab. "Alasan saya, saya merasa Allah akan lebih senang dan saya merasa lebih damai daripada cuma mengenakan jilbab saja," kata Bokker.
Sang suami mendukung keinginan istrinya mengenakan niqab dan membelikannya gaun panjang longgar berwarna hitam beserta cadarnya. Tak lama setelah ia mengenakan niqab, media massa banyak memberitakan pernyataan dari para politisi, pejabat Vatikan, kelompok aktivis kebebasan dan hak asasi manusia yang mengatakan bahwa niqab adalah penindasan terhadap perempuan, hambatan bagi integrasi sosial dan belakangan seorang pejabat Mesir menyebut jilbab sebagai "pertanda keterbelakangan."
"Saya melihatnya sebagai pernyataan yang sangat munafik. pemerintah dan kelompok-kelompok yang katanya memperjuangkan hak asasi manusia berlomba-lomba membela hak perempuan ketika ada pemerintah yang menerapkan kebijakan cara berbusana, tapi para 'pejuang kebebasan' itu bersikap sebaliknya ketika kaum perempuan kehilangan haknya di kantor atau sektor pendidikan hanya karena mereka ingin melakukan haknya mengenakan jilbab atau cadar," kritik Bokker.
"Sampai hari ini, saya tetap seorang feminis, tapi seorang feminis yang Muslim yang menyerukan pada para Muslimah untuk tetap menunaikan tanggung jawabnya dan memberikan dukungan penuh pada suami-suami mereka agar juga menjadi seorang Muslim yang baik. Membesarkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi Muslim yang berkualitas sehingga mereka bisa menjadi penerang dan berguna bagi seluruh umat manusia."
"Menyerukan kaum perempuan untuk berbuat kebaikan dan menjauhkan kemunkaran, untuk menyebarkan kebaikan dan menentang kebatilan, untuk memperjuangkan hak berjilbab maupun bercadar serta berbagi pengalaman tentang jilbab dan cadar bagi Muslimah lainnya yang belum pernah mengenakannya," papar Bokker.
Ia mengungkapkan, banyak mengenal muslimah yang mengenakan cadar adalah kaum perempuan Barat yang menjadi mualaf. Beberapa diantaranya, kata Bokker, bahkan belum menikah. Sebagian ditentang oleh keluarga atau lingkungannya karena mengenakan cadar. "Tapi mengenakan cadar adalah pilihan pribadi dan tak seorang pun boleh menyerah atas pilihan pribadinya sendiri," tukas Bokker.
13.5.10
Deskripsi Keluarga SMW
Kenapakah Engkau menikahiku?, karena Aku ingin memilikimu.
Kenapakah Engkau ingin memilikiku?, karena Aku membutuhkanmu.
Kenapakah Engkau membutuhkanku?, karena Aku mencintaimu.
Kenapakah Engkau mencintaiku?, karena Aku memilihmu.
Kenapakah Engkau memilihku?, karena Aku mengagumimu.
Kenapakah Engkau mengagumiku?, karena Aku menemukanmu.
Kenapakah Engkau menemukanku?, karena Aku mencarimu.
Kenapakah Engkau mencariku?, karena Aku peduli pada calon anak-anakku.
Lantas, apa hubungannya denganku?!?
telah lama Aku berkelana untuk mencari wanita sepertimu, mencarimu(yang dulunya) hanya untuk menemukanmu.
entah berapa delta waktu yang telah kutempuh, akhirnya Aku pun menemukanmu.
entah berapa sketsa kehidupan yang telah kusaksikan, hingga Aku pun mengagumimu.
entah berapa warta yang telah kudengar, hingga Aku pun memilihmu.
entah berapa sigma perasaan yang telah kupadukan, hingga Aku pun mencintaimu.
entah berapa probabilitas yang telah kupertimbangkan, hingga Aku pun membutuhkanmu.
entah berapa munajat yang telah kupanjatkan, hingga Aku pun ingin segera memilikimu.
entah berapa 'azzam yang telah kukuatkan, hingga akhirnya Aku pun menikahimu.
o0H...!!!
Pantaskah Aku, Engkau miliki hingga Engkau nikahi!!!
pantas... karena sinar keimananmu yang menyilaukan mata hatiku.
Pantaskah Aku, Engkau cintai hingga Engkau butuhkan!!!
pantas... Aku mencintaimu karena Aku membutuhkanmu, dan Aku membutuhkanmu karena Aku mencintaimu.
Pantaskah Aku, Engkau kagumi hingga Engkau pilih!!!
pantas... seperti halnya Aku mengagumi sosok Hajar ra, Khadijah ra, 'Aisyah ra, dan Fatimah ra.
Pantaskah Aku, Engkau cari hingga Engkau temukan!!!
pantas... karena Aku tidak mencari Istri, tapi Aku mencari Ibu untuk anak-anakku.
Suamiku, maafkan Aku. sebelum kedatanganmu, Aku pernah mencintai seseorang yang tak kutahu dan tak kukenal. seseorang yang baik budi pekertinya, luas pemahaman agamanya, mencintai dan dicintai Allah dan Rasul-Nya. seseorang itu adalah Engkau, Suamiku. Engkaulah yang Aku tunggu(hingga Aku lelah dalam penantian) untuk menjadi Imam bagiku dan juga anak-anakku, mulai sekarang Aku baktikan hidup-matiku padamu, dan Aku serahkan jiwa-ragaku hanya untukmu. Alhamdulillahi Rabbil 'Alamiin...
Gadis manis dengan Hijaab
Keindahan wanita:
Bukankah dalam pakaian yang dikenakannya,
sosok yang ia tampilkan,
atau bagaimana ia menyisir rambutnya,
atau gaya dia make up.
Keindahan wanita:
harus dilihat dalam Hijab, dan matanya,
karena itulah pintu hatinya,
tempat di mana cinta berada.
Keindahan wanita:
tidak dalam wajah mol,
tetapi kecantikan sejati seorang wanita,
tercermin dalam jiwanya.
Keindahan wanita dalam kesopanan.
Glamor dan yang nyata dari dirinya adalah kejujuran.
Ini adalah perhatian yang penuh kasih sayang ia memberi,
semangat bahwa dia menunjukkan.
Dan keindahan seorang wanita,
dengan berlalunya tahun - hanya tumbuh!
Tujuan Hidup: Di mana Allah berbicara tentang manusia (Insan) atau setiap kali Dia berbicara tentang jiwa manusia (Nafs) dalam Al Qur'an, teolog dan sarjana Muslim tidak pernah menganggap bahwa kemanusiaan atau jiwa sebagai 'laki-laki' atau 'wanita . (Lihat 51:56, 91:1-10; 53:38-39)
Laki-laki atau perempuan Divisi ini hanya mungkin bila kita berbicara tentang dimensi fisik manusia, bukan ketika kita berbicara tentang dimensi spiritual. Dan begitulah, dari perspektif Islam, yang kemanusiaan perempuan tidak pernah ditolak atau dipertanyakan; maupun yang pernah ada diskusi apakah dia memiliki jiwa atau tidak.
Karena keduanya sama dalam kemanusiaan mereka, keduanya telah diciptakan untuk tujuan yang sama: untuk melayani Tuhan.
Kapan saja dan di mana pun Islam telah berbicara tentang kebajikan dalam manusia, itu tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, laki-laki dan perempuan, diharapkan untuk menunjukkan semangat kesalehan dan atribut baik dalam Islam.
Kesopanan & kesusilaan (PRESTASI TERTINGGI UNTUK KEMANUSIAAN)
QUR'AN menyatakan: Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. al-Ahzab (33) : 59
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
QS. an-Nur (24) : 31
Islam tidak mengizinkan bebas tanpa batas pembauran jenis kelamin. Aturan kesopanan berlaku untuk laki-laki maupun perempuan.
Korup VS MURNI: Perempuan kotor adalah untuk laki-laki tidak murni, dan laki-laki bagi perempuan tidak murni tidak murni dan kesucian perempuan adalah untuk laki-laki dari kemurnian, dan orang-orang dari kemurnian adalah untuk wanita suci: ini adalah tidak terpengaruh oleh apa yang dikatakan orang: bagi mereka ada pengampunan, dan ketentuan terhormat. (Holy Quran 24:26)
Gadis manis dengan Hijaab. - Nabi Muhammad SAW
Bukankah dalam pakaian yang dikenakannya,
sosok yang ia tampilkan,
atau bagaimana ia menyisir rambutnya,
atau gaya dia make up.
Keindahan wanita:
harus dilihat dalam Hijab, dan matanya,
karena itulah pintu hatinya,
tempat di mana cinta berada.
Keindahan wanita:
tidak dalam wajah mol,
tetapi kecantikan sejati seorang wanita,
tercermin dalam jiwanya.
Keindahan wanita dalam kesopanan.
Glamor dan yang nyata dari dirinya adalah kejujuran.
Ini adalah perhatian yang penuh kasih sayang ia memberi,
semangat bahwa dia menunjukkan.
Dan keindahan seorang wanita,
dengan berlalunya tahun - hanya tumbuh!
Tujuan Hidup: Di mana Allah berbicara tentang manusia (Insan) atau setiap kali Dia berbicara tentang jiwa manusia (Nafs) dalam Al Qur'an, teolog dan sarjana Muslim tidak pernah menganggap bahwa kemanusiaan atau jiwa sebagai 'laki-laki' atau 'wanita . (Lihat 51:56, 91:1-10; 53:38-39)
Laki-laki atau perempuan Divisi ini hanya mungkin bila kita berbicara tentang dimensi fisik manusia, bukan ketika kita berbicara tentang dimensi spiritual. Dan begitulah, dari perspektif Islam, yang kemanusiaan perempuan tidak pernah ditolak atau dipertanyakan; maupun yang pernah ada diskusi apakah dia memiliki jiwa atau tidak.
Karena keduanya sama dalam kemanusiaan mereka, keduanya telah diciptakan untuk tujuan yang sama: untuk melayani Tuhan.
Kapan saja dan di mana pun Islam telah berbicara tentang kebajikan dalam manusia, itu tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, laki-laki dan perempuan, diharapkan untuk menunjukkan semangat kesalehan dan atribut baik dalam Islam.
Kesopanan & kesusilaan (PRESTASI TERTINGGI UNTUK KEMANUSIAAN)
QUR'AN menyatakan: Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. al-Ahzab (33) : 59
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
QS. an-Nur (24) : 31
Islam tidak mengizinkan bebas tanpa batas pembauran jenis kelamin. Aturan kesopanan berlaku untuk laki-laki maupun perempuan.
Korup VS MURNI: Perempuan kotor adalah untuk laki-laki tidak murni, dan laki-laki bagi perempuan tidak murni tidak murni dan kesucian perempuan adalah untuk laki-laki dari kemurnian, dan orang-orang dari kemurnian adalah untuk wanita suci: ini adalah tidak terpengaruh oleh apa yang dikatakan orang: bagi mereka ada pengampunan, dan ketentuan terhormat. (Holy Quran 24:26)
Gadis manis dengan Hijaab. - Nabi Muhammad SAW
OH IKHWAN OH AKHWAT
Gayamu begitu mentereng, wan
Jenggot tipis berlambaian
Kalau pergi jalan-jalan
Sandal jepit kesayangan selalu digunakan
Tak terpikat dengan jins lubang biawakan
Apalagi levis bolong tambalan
Keren loh wan, celana gantung kebanjiran!
Ikhwan oh ikhwan
Lagakmu keren wan!
Tak mau pake acara pacaran
Tapi kok dekat dengan para cewe wan?
Kenapa wan? Alasan minta traktiran?
Tiap hari komat kamit, ngapain wan?
Ngapalin lagu barat atau Al-Quran?
Oh.. persiapan buat setor hapalan
Ikhwan… ikhwan…
Tiap hari liat betis putih gentayangan
Gak takut hapalan jadi pada ilang, wan!
Wuih keren wan!
Waktu KM gabungan hijabnya tinggi banget, wan
Alasannya agar gak saling curi pandangan
Duwh, biar bisa jaga hati ya wan?
Loh, tapi kok pulang KM boncengan?
Wah, dengan cewe lagi wan!
Mau jalan-jalan kemana wan?
Ikhwan oh ikhwan
Bener-bener lelaki idaman
Gak takut panas turun aksi ke jalanan
Mulut koar-koar dibarisan terdepan
Aih, ternyata cuma buat cari perhatian!
Perkasa banget ente wan!
Tiap hari kerja buat cari dana tambahan
Gak lupa ditabung dalam celengan
Buat lanjut kuliah or persiapan walimahan?
Kok senin ma kamis pada gak puasa, wan?
Ckckck… ikhwan..ikhwan..
Kerja buat ampe gak kuat puasa ya wan?
Ikhwan oh ikhwan
Alangkah solehnya ente wan
Tiap malam bangunin akhwat buat tahajudtan
Kalau gak perantara SMS, ya telponan
Tapi kok teman halaqo gak dibangunin juga wan!
Ahk, tak fair ente wan!
Ikhwan oh ikhwan
Jangan marah dong wan
Puisi ini untuk mereka yang melemah kok wan
Kalau ente tersinggung berarti ngerasa, wan
Coretan nakal ini bukan sindiran
Cuma buat cerminan.....
Hai manusia pilihan
Jangan melemah kawan!
Moga tetap istiqomah ya teman!
Jilbabnya lebar dan tertutup rapi
Senyumnya manis merangsang hati
Kalau jalan hanya bumi yang diliati
Kenapa? Uangnya jatuh ya ukhti?
Eh, emang dasar gak ngerti!
Mereka gitu karena jaga hati!
Ukhti oh ukhti
Penginnya selalu berbuat lebih
Kadang rapat gak kenal hari
Pulang malampun tak peduli
Emang dasar si ukhti
Gak mau kalah buat organisasi
Hebat ukhti!!
Ukhti cantik ukhti soleha
Buat khalwat udah gak selera
Tapi jangan pelihara sinetron di otak ya!
Nanti susah ngitung matematika
Dapet rendah baru kerasa!
Jangan suka ngayal makanya!
Ukhti oh ukhti
Betapa banyak yang menyakiti
Apalagi dari kalangan lelaki
Banyak yang janji mengkhitbahi
Eh, tamat kuliah gak datang-datang lagi!
Jodohmu udah ada yang ngatur ukhti
Jangan takut gak kebagian ikhwan sejati
Ukh, gaya bicaramu begitu indah
Sungguh lembut dan terarah
Buat dakwah gak kenal lelah
Tapi ingat, tetap harus jaga izzah!
Ukh, anti memang wanita berkelas
Walau kadang, ruang gerak agak terbatas
Tak boleh out bond yang berat nan keras
Biar malaria gak kambuh dan bikin lemas
Mau flying fox gak bebas
Ketawa ngakak dibilang gak waras
Mempertahankan argument dikatain ngeras
Eh, dibilang gendut malah cemas!
Sabar ukh, ikhlas… ikhlas…
Ukhti saudara seiman
Beli pulsa buat internetan
Kadang kala pake hot spot gratisan
Gabung di FB dan FS buat nambah teman
Dakwah dijadikan alasan
Kok foto anti dipajangkan
Gak takut ada yang jelalatan?
Ukhti.. ukhti.. tak usah cari perhatian!
Apalagi dengan cara kek gituan!
Ahk, malu-maluin teman!
Wahai akhwat sejati
Wanita kepunyaan Sang Pemilik Hati
Mari kita belajar untuk jadi lebih baik lagi
Kita kejar Jannah yang hakiki...............
Jangan mau berbelok ke dunia fana ini
Mari belajar pada shabiyah yang suci
Tetaplah istiqomah dengan tuntunan Ilahi
Jenggot tipis berlambaian
Kalau pergi jalan-jalan
Sandal jepit kesayangan selalu digunakan
Tak terpikat dengan jins lubang biawakan
Apalagi levis bolong tambalan
Keren loh wan, celana gantung kebanjiran!
Ikhwan oh ikhwan
Lagakmu keren wan!
Tak mau pake acara pacaran
Tapi kok dekat dengan para cewe wan?
Kenapa wan? Alasan minta traktiran?
Tiap hari komat kamit, ngapain wan?
Ngapalin lagu barat atau Al-Quran?
Oh.. persiapan buat setor hapalan
Ikhwan… ikhwan…
Tiap hari liat betis putih gentayangan
Gak takut hapalan jadi pada ilang, wan!
Wuih keren wan!
Waktu KM gabungan hijabnya tinggi banget, wan
Alasannya agar gak saling curi pandangan
Duwh, biar bisa jaga hati ya wan?
Loh, tapi kok pulang KM boncengan?
Wah, dengan cewe lagi wan!
Mau jalan-jalan kemana wan?
Ikhwan oh ikhwan
Bener-bener lelaki idaman
Gak takut panas turun aksi ke jalanan
Mulut koar-koar dibarisan terdepan
Aih, ternyata cuma buat cari perhatian!
Perkasa banget ente wan!
Tiap hari kerja buat cari dana tambahan
Gak lupa ditabung dalam celengan
Buat lanjut kuliah or persiapan walimahan?
Kok senin ma kamis pada gak puasa, wan?
Ckckck… ikhwan..ikhwan..
Kerja buat ampe gak kuat puasa ya wan?
Ikhwan oh ikhwan
Alangkah solehnya ente wan
Tiap malam bangunin akhwat buat tahajudtan
Kalau gak perantara SMS, ya telponan
Tapi kok teman halaqo gak dibangunin juga wan!
Ahk, tak fair ente wan!
Ikhwan oh ikhwan
Jangan marah dong wan
Puisi ini untuk mereka yang melemah kok wan
Kalau ente tersinggung berarti ngerasa, wan
Coretan nakal ini bukan sindiran
Cuma buat cerminan.....
Hai manusia pilihan
Jangan melemah kawan!
Moga tetap istiqomah ya teman!
Jilbabnya lebar dan tertutup rapi
Senyumnya manis merangsang hati
Kalau jalan hanya bumi yang diliati
Kenapa? Uangnya jatuh ya ukhti?
Eh, emang dasar gak ngerti!
Mereka gitu karena jaga hati!
Ukhti oh ukhti
Penginnya selalu berbuat lebih
Kadang rapat gak kenal hari
Pulang malampun tak peduli
Emang dasar si ukhti
Gak mau kalah buat organisasi
Hebat ukhti!!
Ukhti cantik ukhti soleha
Buat khalwat udah gak selera
Tapi jangan pelihara sinetron di otak ya!
Nanti susah ngitung matematika
Dapet rendah baru kerasa!
Jangan suka ngayal makanya!
Ukhti oh ukhti
Betapa banyak yang menyakiti
Apalagi dari kalangan lelaki
Banyak yang janji mengkhitbahi
Eh, tamat kuliah gak datang-datang lagi!
Jodohmu udah ada yang ngatur ukhti
Jangan takut gak kebagian ikhwan sejati
Ukh, gaya bicaramu begitu indah
Sungguh lembut dan terarah
Buat dakwah gak kenal lelah
Tapi ingat, tetap harus jaga izzah!
Ukh, anti memang wanita berkelas
Walau kadang, ruang gerak agak terbatas
Tak boleh out bond yang berat nan keras
Biar malaria gak kambuh dan bikin lemas
Mau flying fox gak bebas
Ketawa ngakak dibilang gak waras
Mempertahankan argument dikatain ngeras
Eh, dibilang gendut malah cemas!
Sabar ukh, ikhlas… ikhlas…
Ukhti saudara seiman
Beli pulsa buat internetan
Kadang kala pake hot spot gratisan
Gabung di FB dan FS buat nambah teman
Dakwah dijadikan alasan
Kok foto anti dipajangkan
Gak takut ada yang jelalatan?
Ukhti.. ukhti.. tak usah cari perhatian!
Apalagi dengan cara kek gituan!
Ahk, malu-maluin teman!
Wahai akhwat sejati
Wanita kepunyaan Sang Pemilik Hati
Mari kita belajar untuk jadi lebih baik lagi
Kita kejar Jannah yang hakiki...............
Jangan mau berbelok ke dunia fana ini
Mari belajar pada shabiyah yang suci
Tetaplah istiqomah dengan tuntunan Ilahi
Mengenali ‘Awalnya’ Diri
Mengenali ‘Awalnya’ Diri
Satuhal yang menjadi renungan bagi saya pagi ini adalah tentang bagaimana Allah menciptakan saya. Sejenak saya coba merenung dan mencoba menerawang jauh ke belakang bahwasanya Allah SWT yang Maha Pencipta sudah menciptakan manusia pertama Adam dari tanah dengan ucapan Kun dan Fayakun (terjadi maka terjadilah).
Kisah Adam ini menjadi pemahaman saya dari semenjak kecil, saya masih ingat waktu itu guru mengaji saya mengisahkan tentang kisah Adam ini. Padahal sebelumnya pada masa anak-anak, sebagaimana anak-anak lainnya, saya sering bertanya kepada orang tua saya, dari mana saya berasal, dari mana ibu dan ayah berasal, dari mana pula kakek-nenek berasal. Selanjutnya…. dan selanjutnya dari mana pula makhluk yang berkembang biak sampai sekarang, alam dan semuanya yang ada di bumi ini berasal.
Ketika orang tua saya menjawab pertanyaan saya, bahwa semuanya adalah Allah SWT yang menciptakan. Saya yakin dengan kekuasaanNya yang begitu besar, Allah SWT Maha Pencipta dan Mahakuasa. Menurut saya fakta ini tak terbantahkan.
Ketika saya membuka Al Quran saya temukan kalam Allah seperti berikut:
“Dialah yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al Qur’an, 32:7-8)
Berdasarkan ayat tersebut saya ingat pelajaran Biologi semasa di SMP, bahwa makhluk hidup berevolusi seiring dengan perjalanan waktu dan manusia sekarang merupakan evolusi dari ‘binatang berupa monyet’, demikian teori Darwin. Sungguh ketika merenungkan Ayat Al Qur’an, 32:7-8, itu ternyata teori Darwin merupakan teori sekuler yang menafikan peran Tuhan dalam penciptaan. Dan karena itu saya berselindung kepada Allah SWT dari pemahaman sesat itu.
Dari cerita Adam, saya ingat pula Siti Hawa, Nabi Isa As, dan kita semua. Subhanallah, ternyata Allah SWT telah menciptakan manusia dengan 4 cara; Pertama, menciptakan manusia tanpa bapak dan ibu yakninya Adam a.s. Kedua, menciptakan manusia dari bapak saja yakninya Siti Hawa. Ketiga, menciptakan manusian dari ibu saja, Isa A.s dan Keempat, menciptakan manusia dari bapak dan ibu, yakninya kita semua.
Selanjutnya saya terus mencoba melakukan pencarian dalam Al Quran tentang bagaimana proses penciptaan saya. Ternyata Allah SWT menggambarkannya dengan sangat jelas.
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Al Qur’an, 23:14).
Sungguh begitu durhakanya saya ini, ketika Allah SWT telah menciptakan sebaik-baiknya saya, tapi terkadang saya melupakan atau lalai dari mengingat-Nya. Seharusnya saya bersyukur dan menyadari sedalam-dalamnya tentang proses dan sebab akibat kejadian saya ini. Bahwasanya diri saya ini hadir ke dunia dari tetes air yang hina yang notabenenya adalah sari pati tanah juga, tidak membawa suatu apapun ke dunia ini.
Saya pun melanjutkan perenungan, setelah saya dihidupkan lalu bagaimana pula nanti? Yaitu Mati. Sebagaimana ada awal dan ada pula akhir. Sebagaimana cerita yang pernah saya dengar dari semenjak kecil, bahwa setelah Allah SWT mematikan kita, akan ada lagi kehidupan. Artinya Allah membangkitkan saya setelah saya mati? Bukankah saya sudah hancur dan menjadi tulang belulang di dalam tanah?
Ketika saya renungkan, tidak ada yang patut dipertanyakan. Karena bagi Allah SWT itu sangatlah mudah. Bukankah Allah SWT telah melihatkan bagaimana 4 proses penciptaan seperti yang saya tuliskan dalam paragraf sebelumnya. Allah SWT sangat mudah menciptakan Adam tanpa ada bapak dan ibu, Allah SWT sangat mudah menciptakan Siti Hawa hanya dari tulang rusuk Adam, Allah juga sangat mudah menciptakan Isa A.s hanya dengan adanya Ibu saja, Allah pun sangat mudah menciptakan saya dengan adanya ibu dan bapak saya.
Terus kenapa saya harus ragu kalau Allah SWT nanti mampu membangkitkan saya setelah tulang belulang saya hancur dalam tanah?
Kembali perenungan ini saya gali dari Al Quran, Subhanallah, ternyata Allah SWT benar-benar menunjukan kekuasaanNya. “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4)
Nah, atas fakta ini, saya yakin dan sungguh yakin bahwasanya bagi Allah SWT sangatlah mudah.
Lalu, kembali kepada diri saya, tidak ada lagi yang harus saya sombongkan, Allah SWt adalah segala-galanya. Saya bertekad untuk berusaha semampu saya untuk menyembahNya. Sesuai dengan iman dan Islam saya.
Lalu saya pun bertanya pada diri saya, bagaimana menyembah Allah SWT yang telah menciptakan saya dan telah menentukan hidup dan mati serta yang akan membangkitkan saya setelah mati nanti?
Bagaimana caranya yaa? Setelah merenung dan membuka beberapa referensi buku tentang bagaimana cara makhluk berkomunikasi dengan Allah SWT, saya pun akhirnya menemukan jawaban. Cara menyembah dan berkomunikasi dengan Allah SWT Sang Pencipta adalah mengikuti Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Kenapa? Karena inilah menurut saya, hikmah Allah SWT mengangkat seorang Rasul ke permukaan Bumi untuk mengajarkan cara beribadah dan menyembah kepada Allah SWT. Menurut saya hanya Rasul-lah yang paling tahu cara yang benar menyembah Allah SWT, karena ia langsung dituntun oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT.
Menurut pemahaman ini, saya berkesimpulan dalam kehidupan ini, selayaknya saya harus mengikuti sunnah Rasulullah SAW, karena dengan mengikuti jejaknya-lah saya berbuat benar dalam berkomunikasi dan beribadah kepada Allah SWT, sesuai yang diinginkan Allah SWT yang sesungguh.
Masih dalam Al Quran Allah SWT berfiman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya Allah SWT mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Quran 3:31).
Saya berlindung kepada Allah SWT dari perbuatan ibadah dan komunikasi dengan Allah SWT yang hanya berdasarkan akal dan hawa nafsu saya atau bi’dah mengada-ada dalam beribadah. Sungguh saya akan mencoba mengikuti yang dicontohkan oleh Muhammad SAW.
Salah satu contoh Rasulullah untuk beribadah kepadanya adalah dengan cara berdoa. Setelah saya membaca hadistnya ternyata Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Doa itu bermanfaat untuk apa yang sudah terjadi dan apa yang belum terjadi. Oleh karena itu hendaknya kalian, hai hamba-hamba Allah berdoalah. (HR Al-Hakim)
Bahkan Allah pun mememerintahkan supaya berdoa, dan mengikuti perintah Allah SWT dan yakin kepadaNya secara bulat, supaya kita selalu berada dalam jalan yang benar.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al Qur’an, 75 :186)
Berdasarkan renungan ini, sudah selayaknya saya menyadari sesungguhnya saya berasal dari Allah SWT dan dikembalikan kepada-Nya. Apabila saya dalam hidup ini mengalami sakit jasmani, rohani, ditimpakan kesusahaan dan maupun masalah apapun, sudah sewajarnya saya meminta solusi atau pertolongan Allah SWT melalui doa-doa. Karena begitulah cara yang diajarkan oleh Muhammad SAW sebagai Rasulnya dan bahkan diperintahkan Allah SWT.
Jadi tak ada lagi yang harus saya sombongkan, ketika saya diberikan kelebihan oleh Allah SWT di dunia meski saya dapatkan dari usaha banting tulang dan peras keringat. Karena akhirnya toh saya akan kembali kepada Allah SWT tanpa membawa apa-apa kecuali amal baik dan buruk yang saya lakukan sekarang. Subhanallah,. Astagfirullah wa syukrillah. Wallahu ‘alam bisawab.
Satuhal yang menjadi renungan bagi saya pagi ini adalah tentang bagaimana Allah menciptakan saya. Sejenak saya coba merenung dan mencoba menerawang jauh ke belakang bahwasanya Allah SWT yang Maha Pencipta sudah menciptakan manusia pertama Adam dari tanah dengan ucapan Kun dan Fayakun (terjadi maka terjadilah).
Kisah Adam ini menjadi pemahaman saya dari semenjak kecil, saya masih ingat waktu itu guru mengaji saya mengisahkan tentang kisah Adam ini. Padahal sebelumnya pada masa anak-anak, sebagaimana anak-anak lainnya, saya sering bertanya kepada orang tua saya, dari mana saya berasal, dari mana ibu dan ayah berasal, dari mana pula kakek-nenek berasal. Selanjutnya…. dan selanjutnya dari mana pula makhluk yang berkembang biak sampai sekarang, alam dan semuanya yang ada di bumi ini berasal.
Ketika orang tua saya menjawab pertanyaan saya, bahwa semuanya adalah Allah SWT yang menciptakan. Saya yakin dengan kekuasaanNya yang begitu besar, Allah SWT Maha Pencipta dan Mahakuasa. Menurut saya fakta ini tak terbantahkan.
Ketika saya membuka Al Quran saya temukan kalam Allah seperti berikut:
“Dialah yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al Qur’an, 32:7-8)
Berdasarkan ayat tersebut saya ingat pelajaran Biologi semasa di SMP, bahwa makhluk hidup berevolusi seiring dengan perjalanan waktu dan manusia sekarang merupakan evolusi dari ‘binatang berupa monyet’, demikian teori Darwin. Sungguh ketika merenungkan Ayat Al Qur’an, 32:7-8, itu ternyata teori Darwin merupakan teori sekuler yang menafikan peran Tuhan dalam penciptaan. Dan karena itu saya berselindung kepada Allah SWT dari pemahaman sesat itu.
Dari cerita Adam, saya ingat pula Siti Hawa, Nabi Isa As, dan kita semua. Subhanallah, ternyata Allah SWT telah menciptakan manusia dengan 4 cara; Pertama, menciptakan manusia tanpa bapak dan ibu yakninya Adam a.s. Kedua, menciptakan manusia dari bapak saja yakninya Siti Hawa. Ketiga, menciptakan manusian dari ibu saja, Isa A.s dan Keempat, menciptakan manusia dari bapak dan ibu, yakninya kita semua.
Selanjutnya saya terus mencoba melakukan pencarian dalam Al Quran tentang bagaimana proses penciptaan saya. Ternyata Allah SWT menggambarkannya dengan sangat jelas.
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Al Qur’an, 23:14).
Sungguh begitu durhakanya saya ini, ketika Allah SWT telah menciptakan sebaik-baiknya saya, tapi terkadang saya melupakan atau lalai dari mengingat-Nya. Seharusnya saya bersyukur dan menyadari sedalam-dalamnya tentang proses dan sebab akibat kejadian saya ini. Bahwasanya diri saya ini hadir ke dunia dari tetes air yang hina yang notabenenya adalah sari pati tanah juga, tidak membawa suatu apapun ke dunia ini.
Saya pun melanjutkan perenungan, setelah saya dihidupkan lalu bagaimana pula nanti? Yaitu Mati. Sebagaimana ada awal dan ada pula akhir. Sebagaimana cerita yang pernah saya dengar dari semenjak kecil, bahwa setelah Allah SWT mematikan kita, akan ada lagi kehidupan. Artinya Allah membangkitkan saya setelah saya mati? Bukankah saya sudah hancur dan menjadi tulang belulang di dalam tanah?
Ketika saya renungkan, tidak ada yang patut dipertanyakan. Karena bagi Allah SWT itu sangatlah mudah. Bukankah Allah SWT telah melihatkan bagaimana 4 proses penciptaan seperti yang saya tuliskan dalam paragraf sebelumnya. Allah SWT sangat mudah menciptakan Adam tanpa ada bapak dan ibu, Allah SWT sangat mudah menciptakan Siti Hawa hanya dari tulang rusuk Adam, Allah juga sangat mudah menciptakan Isa A.s hanya dengan adanya Ibu saja, Allah pun sangat mudah menciptakan saya dengan adanya ibu dan bapak saya.
Terus kenapa saya harus ragu kalau Allah SWT nanti mampu membangkitkan saya setelah tulang belulang saya hancur dalam tanah?
Kembali perenungan ini saya gali dari Al Quran, Subhanallah, ternyata Allah SWT benar-benar menunjukan kekuasaanNya. “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4)
Nah, atas fakta ini, saya yakin dan sungguh yakin bahwasanya bagi Allah SWT sangatlah mudah.
Lalu, kembali kepada diri saya, tidak ada lagi yang harus saya sombongkan, Allah SWt adalah segala-galanya. Saya bertekad untuk berusaha semampu saya untuk menyembahNya. Sesuai dengan iman dan Islam saya.
Lalu saya pun bertanya pada diri saya, bagaimana menyembah Allah SWT yang telah menciptakan saya dan telah menentukan hidup dan mati serta yang akan membangkitkan saya setelah mati nanti?
Bagaimana caranya yaa? Setelah merenung dan membuka beberapa referensi buku tentang bagaimana cara makhluk berkomunikasi dengan Allah SWT, saya pun akhirnya menemukan jawaban. Cara menyembah dan berkomunikasi dengan Allah SWT Sang Pencipta adalah mengikuti Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Kenapa? Karena inilah menurut saya, hikmah Allah SWT mengangkat seorang Rasul ke permukaan Bumi untuk mengajarkan cara beribadah dan menyembah kepada Allah SWT. Menurut saya hanya Rasul-lah yang paling tahu cara yang benar menyembah Allah SWT, karena ia langsung dituntun oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT.
Menurut pemahaman ini, saya berkesimpulan dalam kehidupan ini, selayaknya saya harus mengikuti sunnah Rasulullah SAW, karena dengan mengikuti jejaknya-lah saya berbuat benar dalam berkomunikasi dan beribadah kepada Allah SWT, sesuai yang diinginkan Allah SWT yang sesungguh.
Masih dalam Al Quran Allah SWT berfiman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya Allah SWT mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Quran 3:31).
Saya berlindung kepada Allah SWT dari perbuatan ibadah dan komunikasi dengan Allah SWT yang hanya berdasarkan akal dan hawa nafsu saya atau bi’dah mengada-ada dalam beribadah. Sungguh saya akan mencoba mengikuti yang dicontohkan oleh Muhammad SAW.
Salah satu contoh Rasulullah untuk beribadah kepadanya adalah dengan cara berdoa. Setelah saya membaca hadistnya ternyata Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Doa itu bermanfaat untuk apa yang sudah terjadi dan apa yang belum terjadi. Oleh karena itu hendaknya kalian, hai hamba-hamba Allah berdoalah. (HR Al-Hakim)
Bahkan Allah pun mememerintahkan supaya berdoa, dan mengikuti perintah Allah SWT dan yakin kepadaNya secara bulat, supaya kita selalu berada dalam jalan yang benar.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al Qur’an, 75 :186)
Berdasarkan renungan ini, sudah selayaknya saya menyadari sesungguhnya saya berasal dari Allah SWT dan dikembalikan kepada-Nya. Apabila saya dalam hidup ini mengalami sakit jasmani, rohani, ditimpakan kesusahaan dan maupun masalah apapun, sudah sewajarnya saya meminta solusi atau pertolongan Allah SWT melalui doa-doa. Karena begitulah cara yang diajarkan oleh Muhammad SAW sebagai Rasulnya dan bahkan diperintahkan Allah SWT.
Jadi tak ada lagi yang harus saya sombongkan, ketika saya diberikan kelebihan oleh Allah SWT di dunia meski saya dapatkan dari usaha banting tulang dan peras keringat. Karena akhirnya toh saya akan kembali kepada Allah SWT tanpa membawa apa-apa kecuali amal baik dan buruk yang saya lakukan sekarang. Subhanallah,. Astagfirullah wa syukrillah. Wallahu ‘alam bisawab.
EMPAT RACUN HATI
Berikut adalah empat racun hati yang paling banyak tersebar dan paling berbahaya bagi kehidupan hati :
1. Banyak bicara
Seperti kata pepatah, “Lidah tidak bertulang”. Maka tidak jarang apa-apa yang keluar dari lidah akan membuat pemiliknya terjerumus ke dalam dosa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan ummatnya untuk menjaga lisannya. Karena lisan seorang manusia yang tidak terjaga akan membawanya ke dalam Neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, “Maukah kamu aku beritahukan kunci dari semua itu?” Aku (Mu’adz) menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah memegang lidahnya dan berkata, “Peliharalah ini!” Aku pun bertanya, “Wahai Nabi Allah, benarkah kita akan disiksa karena pembicaraan kita?” Rasul menjawab, “Ibumu kehilanganmu, Mu’adz! Bukankah manusia itu diseret ke Neraka pada wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka hanya disebabkan oleh buah perkataan mereka?”[HR. at-Tirmidzi]
Yang dimaksud dengan buah perkataan dalam hadits di atas adalah balasan atas perkataan yang haram dan berbagai akibatnya. Dengan berbicara dan beramal seseorang telah menanam kebaikan atau keburukan. Dan di hari Kiamat nanti, ia akan menuai buah hasil dari perkataan dan perbuatannya di dunia. Barang siapa menanam kebaikan maka ia akan menuai karomah. Dan barang siapa menanam keburukan maka ia akan menuai penyesalan.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, artinya:
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke Neraka adalah dua lubang; mulut dan farji’ (kemaluan).”[HR.at-Tirmidzi dan Al haqim ]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang tidak jelas tetapi karenanya ia terjerembab di Neraka, lebih jauh dari jarak Timur hingga Barat.”[HR.Bukhari dan MUslim]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah bersabda, artinya:
“Barang siapa yang memberi jaminan untuk menjaga apa yang ada di antara kedua jenggotnya (lisan) dan dua paha (farji’) aku jamin baginya Surga.”[HR.Bukhari]
Dan sabdanya juga, yang artinya:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”[HR.Bukhari dan Muslim)]
Hadits ini memuat perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbicara yang baik-baik saja dan diam dari selainnya. Khitab (pembicaraan) itu hanya ada dua; yang setiap hamba diperintahkan untuknya, dan selainnya, yang setiap hamba diperintahkan diam darinya.
Bencana lisan yang paling sedikit mudharatnya adalah berbicara tentang sesuatu yang tidak berfaidah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Merupakan tanda baiknya keislaman seseorang jika ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”[HR.Ahmad dan at-Tirmidzi]
Apa yang telah disebutkan di atas adalah bencana lisan terkecil mudharatnya. Lalu bagaimana dengan ghibah, namimah, kata-kata yang bathil dan keji, kata-kata yang mengandung dua makna, perdebatan, pengaduan, nyanyian, kedustaan, menyanjung-nyanjung, mengolok-olok, penghinaan, kekeliruan dalam pembicaraan dan yang lainnya, yang semuanya adalah bencana yang menimpa lisan seorang hamba untuk seterusnya merusak hatinya, dan juga menghilangkan kebahagiaan dan kesenangan yang ia rasakan di dunia dan menghilangkan keberuntungan dan kemenangan di akhirat. Allahul musta’an.
2. Banyak makan
Sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya fikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan hal yang sebaliknya.
Miqdam bin Ma’d Yakrib berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Tidak ada bejana yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga dari perutnya hendaknya diisi untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR.Ahmad dan Tirmidzi]
Berlebihan dalam makan akan mengakibatkan banyak hal buruk. Ia akan menggerakkan anggota badan untuk melakukan berbagai kemaksiatan serta menjadikannya merasa berat untuk beribadah. Dan dua hal ini sudah merupakan hal yang akan membawa kepada keburukan. Berapa banyak kemaksiatan yang bermula dari keadaan kenyang dan berlebihan dalam makan. Berapa banyak pula keta’atan dalam keadaan sebaliknya. Barang siapa dapat menjaga keburukan dari perutnya, maka ia telah menjaga diri dari keburukan yang besar.
Ibrahim bin Adham berkata[Tazkiyatun Nafs, Ibnu Qayyim al-Jauziyah], “Barang siapa memelihara perutnya akan terpelihara dirinya. Barang siapa mampu menguasai rasa laparnya akan memiliki akhlaq yang baik. Sesungguhnya kemaksiatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat dari seorang yang kenyang.”
3. Banyak bergaul
Bergaul secara berlebihan akan membawa kerugian di dunia dan akhirat. Apabila tata cara dan tata krama dalam pergaulan tidak diperhatikan lagi, maka ia akan dapat menuai berbagai permusuhan. Di dalamnya akan tersimpan berbagai penyakit berbahaya yang jika dibiarkan maka ia akan dapat mematikan pada suatu saat.
Dalam bergaul, hendaknya kita dapat mengklasifikasi manusia menjadi empat kriteria. Ketidakmampuan kita dalam membedakan masing-masing kriteria dapat membawa kepada kerugian di dunia dan akhirat.
1. Kelompok pertama adalah orang-orang yang setia kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan seluruh kaum muslimin. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan yang besar.
2. Kelompok yang bergaul dengan mereka seperti mengkonsumsi obat. Ia dibutuhkan di kala sakit. Selama kondisi sehat, tidak akan ada yang bergaul dengan mereka. Mereka adalah para ahli dalam urusan mu’amalat, bisnis dan yang semisalnya. Anda harus bergaul dengan mereka, jika Anda ingin urusan ma’isyah Anda lancar.
3. Kelompok yang bergaul dengan mereka berarti mengkonsumsi bakteri dan virus-virus penyakit. Ada yang menimbulkan penyakit ganas dan memakan waktu yang lama untuk dapat disembuhkan. Mereka adalah orang-orang yang tidak membawa keuntungan dan manfaat dunia dan akhirat. Mereka hanya membawa kerugian dan kemudharatan, sehingga jika Anda bergaul dengannya, maka dia bisa membunuh Anda dengan bakteri dan virus-virus mematikan yang dia bawa.
Tapi ada juga penyakit yang lebih ringan. Mereka adalah orang-orang yang tidak baik bicaranya dan tidak pula memberi manfaat. Mereka hanya bisa mengambil manfaat dari orang lain. Ketika mereka berbicara, kata-kata yang keluar dari lisannya ibarat sembilu yang mengiris hati orang-orang yang mendengarnya. Namun, ia tetap bangga dengan ucapannya. Ia berlaku demikian terhadap siapa saja yang bergaul dengannya dan menyangka ia sedang menebar minyak wangi dengan ucapannya. Ia ibarat sebongkah batu besar yang tidak ada seorang pun yang mampu mengangkatnya dan tidak juga merubah keadaannya.
4. Kelompok yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Mereka ibarat bisa ular dan racun berbahaya lagi mematikan urat saraf. Jika seseorang memakannya dengan tidak sengaja, maka ia telah menelan sebuah kerugian. Mereka adalah ahli bid’ah dan ahlul hawa’. Mereka adalah orang-orang yang berada dalam garis depan penghalang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka senantiasa menyeru kepada kesesatan, fitnah-fitnah bathil dan berbagai syubhat yang telah mereka bungkus dengan kata-kata yang indah lagi merayu-rayu. Mereka melabel bid’ah sebagai sunnah dan mengganti label sunnah dengan bid’ah. Sehingga tidaklah patut bagi orang-orang yang memiliki akal-akal yang sehat untuk ikut bergaul dengan mereka. Karena mereka tidak akan membawa sesuatu kecuali kesesatan dan kebinasaan.
4. Banyak memandang
Mata seringkali disebut sebagai jendela hati. Karena apa-apa yang indah dipandang mata, maka hati pun akan ikut mengaguminya. Tetapi, mata yang diciptakan untuk melihat sekalipun, tetap harus memiliki batasan-batasan dalam memandang. Janganlah sekali-kali kita membiarkan pandangan kita lepas dan berkeliaran di luar kendali, karena itu akan berakibat buruk.
1. Pandangan adalah panah iblis.
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman dalam sebuah ayat di kitab-Nya yang mulia, yang artinya:
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nuur: 30)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, artinya:
“Wahai ‘Ali, janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan berikutnya. Untukmu pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya.”[HR.Abu dawud dan at-Tirmidzi]
Diriwayatkan pula dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang memandang tanpa sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.”[HR.Muslim]
2. Syaithan akan menjadikan objek pandangan sebagai berhala dalam hati.
Syaithan memasukkan pengaruh buruknya ke dalam diri seseorang melalui pandangan mata dan sesungguhnya masuknya syaithan dari jalan ini melebihi kecepatan aliran udara masuk ke dalam ruang hampa. Syaithan akan memperindah wujud yang dipandang dan menjadikannya berhala tautan hati. Kemudian, ia mengobral janji dan angan-angan. Setelah itu ia nyalakan api syahwat dan dilemparkannya kayu bakar maksiat, sehingga seseorang itu jatuh ke dalam lubang dosa.
3. Pandangan itu menyibukkan hati.
Terlalu banyak memandang akan menjadikan hatinya tertawan dengan hal-hal yang dipandangnya. Sehingga akan membuatnya lupa dari urusan-urusan yang bermanfaat. Dia menjadi lalai dan senantiasa mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusannya menjadi kacau dan tidak terkendali. Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, yang artinya:
“Dan janganlah kamu ta’at kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya menjadi kacau balau.” (QS. al-Kahfi: 28)
Demikianlah bahwa melepaskan pandangan secara liar akan mengakibatkan tiga bencana ini. Sementara menjaganya akan membawa keuntungan di dunia dan akhirat.
Para pakar akhlaq bertutur, “Antara mata dan hati memiliki kaitan yang erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hati pun akan ikut rusak dan hancur. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak dihuni oleh ma’rifatullah, mahabbatullah, inabah kepada-Nya, ketundukan kepada-Nya dan kegembiraan ketika merasa dekat dengan-Nya. Penghuninya adalah hal-hal yang menjadi kebalikan dari itu semua.”
Melepaskan pandangan pun akan menjadikan hati buta, tidak dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, antara yang sunnah dan yang bid’ah, dan antara kebaikan dan keburukan. Tunduknya pandangan karena Allah akan membuahkan firasat yang benar yang dapat menjadi pembeda. Barang siapa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah akan mencemerlangkan cahaya bashirahnya.
Itulah racun-racun mematikan bagi hati. Maka sudah menjadi tugas harian bagi kita untuk membuat hati kita terhindar dari racun-racun tersebut. Karena bila hati telah bersinar, maka berbagai amal kebaikan akan berdatangan dari berbagai penjuru untuk dilaksanakan. Sebagaimana bila ia berada dalam kegelapan maka berbagai bencana dan keburukan pun akan berdatangan dari berbagai tempat.
Yaa Muqollibal qulub, tsabit qulubana 'ala diniik.
Wallahu a'lam bish showab.
1. Banyak bicara
Seperti kata pepatah, “Lidah tidak bertulang”. Maka tidak jarang apa-apa yang keluar dari lidah akan membuat pemiliknya terjerumus ke dalam dosa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan ummatnya untuk menjaga lisannya. Karena lisan seorang manusia yang tidak terjaga akan membawanya ke dalam Neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, “Maukah kamu aku beritahukan kunci dari semua itu?” Aku (Mu’adz) menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah memegang lidahnya dan berkata, “Peliharalah ini!” Aku pun bertanya, “Wahai Nabi Allah, benarkah kita akan disiksa karena pembicaraan kita?” Rasul menjawab, “Ibumu kehilanganmu, Mu’adz! Bukankah manusia itu diseret ke Neraka pada wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka hanya disebabkan oleh buah perkataan mereka?”[HR. at-Tirmidzi]
Yang dimaksud dengan buah perkataan dalam hadits di atas adalah balasan atas perkataan yang haram dan berbagai akibatnya. Dengan berbicara dan beramal seseorang telah menanam kebaikan atau keburukan. Dan di hari Kiamat nanti, ia akan menuai buah hasil dari perkataan dan perbuatannya di dunia. Barang siapa menanam kebaikan maka ia akan menuai karomah. Dan barang siapa menanam keburukan maka ia akan menuai penyesalan.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, artinya:
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke Neraka adalah dua lubang; mulut dan farji’ (kemaluan).”[HR.at-Tirmidzi dan Al haqim ]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang tidak jelas tetapi karenanya ia terjerembab di Neraka, lebih jauh dari jarak Timur hingga Barat.”[HR.Bukhari dan MUslim]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah bersabda, artinya:
“Barang siapa yang memberi jaminan untuk menjaga apa yang ada di antara kedua jenggotnya (lisan) dan dua paha (farji’) aku jamin baginya Surga.”[HR.Bukhari]
Dan sabdanya juga, yang artinya:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”[HR.Bukhari dan Muslim)]
Hadits ini memuat perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbicara yang baik-baik saja dan diam dari selainnya. Khitab (pembicaraan) itu hanya ada dua; yang setiap hamba diperintahkan untuknya, dan selainnya, yang setiap hamba diperintahkan diam darinya.
Bencana lisan yang paling sedikit mudharatnya adalah berbicara tentang sesuatu yang tidak berfaidah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Merupakan tanda baiknya keislaman seseorang jika ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”[HR.Ahmad dan at-Tirmidzi]
Apa yang telah disebutkan di atas adalah bencana lisan terkecil mudharatnya. Lalu bagaimana dengan ghibah, namimah, kata-kata yang bathil dan keji, kata-kata yang mengandung dua makna, perdebatan, pengaduan, nyanyian, kedustaan, menyanjung-nyanjung, mengolok-olok, penghinaan, kekeliruan dalam pembicaraan dan yang lainnya, yang semuanya adalah bencana yang menimpa lisan seorang hamba untuk seterusnya merusak hatinya, dan juga menghilangkan kebahagiaan dan kesenangan yang ia rasakan di dunia dan menghilangkan keberuntungan dan kemenangan di akhirat. Allahul musta’an.
2. Banyak makan
Sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya fikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan hal yang sebaliknya.
Miqdam bin Ma’d Yakrib berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya:
“Tidak ada bejana yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga dari perutnya hendaknya diisi untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR.Ahmad dan Tirmidzi]
Berlebihan dalam makan akan mengakibatkan banyak hal buruk. Ia akan menggerakkan anggota badan untuk melakukan berbagai kemaksiatan serta menjadikannya merasa berat untuk beribadah. Dan dua hal ini sudah merupakan hal yang akan membawa kepada keburukan. Berapa banyak kemaksiatan yang bermula dari keadaan kenyang dan berlebihan dalam makan. Berapa banyak pula keta’atan dalam keadaan sebaliknya. Barang siapa dapat menjaga keburukan dari perutnya, maka ia telah menjaga diri dari keburukan yang besar.
Ibrahim bin Adham berkata[Tazkiyatun Nafs, Ibnu Qayyim al-Jauziyah], “Barang siapa memelihara perutnya akan terpelihara dirinya. Barang siapa mampu menguasai rasa laparnya akan memiliki akhlaq yang baik. Sesungguhnya kemaksiatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat dari seorang yang kenyang.”
3. Banyak bergaul
Bergaul secara berlebihan akan membawa kerugian di dunia dan akhirat. Apabila tata cara dan tata krama dalam pergaulan tidak diperhatikan lagi, maka ia akan dapat menuai berbagai permusuhan. Di dalamnya akan tersimpan berbagai penyakit berbahaya yang jika dibiarkan maka ia akan dapat mematikan pada suatu saat.
Dalam bergaul, hendaknya kita dapat mengklasifikasi manusia menjadi empat kriteria. Ketidakmampuan kita dalam membedakan masing-masing kriteria dapat membawa kepada kerugian di dunia dan akhirat.
1. Kelompok pertama adalah orang-orang yang setia kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan seluruh kaum muslimin. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan yang besar.
2. Kelompok yang bergaul dengan mereka seperti mengkonsumsi obat. Ia dibutuhkan di kala sakit. Selama kondisi sehat, tidak akan ada yang bergaul dengan mereka. Mereka adalah para ahli dalam urusan mu’amalat, bisnis dan yang semisalnya. Anda harus bergaul dengan mereka, jika Anda ingin urusan ma’isyah Anda lancar.
3. Kelompok yang bergaul dengan mereka berarti mengkonsumsi bakteri dan virus-virus penyakit. Ada yang menimbulkan penyakit ganas dan memakan waktu yang lama untuk dapat disembuhkan. Mereka adalah orang-orang yang tidak membawa keuntungan dan manfaat dunia dan akhirat. Mereka hanya membawa kerugian dan kemudharatan, sehingga jika Anda bergaul dengannya, maka dia bisa membunuh Anda dengan bakteri dan virus-virus mematikan yang dia bawa.
Tapi ada juga penyakit yang lebih ringan. Mereka adalah orang-orang yang tidak baik bicaranya dan tidak pula memberi manfaat. Mereka hanya bisa mengambil manfaat dari orang lain. Ketika mereka berbicara, kata-kata yang keluar dari lisannya ibarat sembilu yang mengiris hati orang-orang yang mendengarnya. Namun, ia tetap bangga dengan ucapannya. Ia berlaku demikian terhadap siapa saja yang bergaul dengannya dan menyangka ia sedang menebar minyak wangi dengan ucapannya. Ia ibarat sebongkah batu besar yang tidak ada seorang pun yang mampu mengangkatnya dan tidak juga merubah keadaannya.
4. Kelompok yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Mereka ibarat bisa ular dan racun berbahaya lagi mematikan urat saraf. Jika seseorang memakannya dengan tidak sengaja, maka ia telah menelan sebuah kerugian. Mereka adalah ahli bid’ah dan ahlul hawa’. Mereka adalah orang-orang yang berada dalam garis depan penghalang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka senantiasa menyeru kepada kesesatan, fitnah-fitnah bathil dan berbagai syubhat yang telah mereka bungkus dengan kata-kata yang indah lagi merayu-rayu. Mereka melabel bid’ah sebagai sunnah dan mengganti label sunnah dengan bid’ah. Sehingga tidaklah patut bagi orang-orang yang memiliki akal-akal yang sehat untuk ikut bergaul dengan mereka. Karena mereka tidak akan membawa sesuatu kecuali kesesatan dan kebinasaan.
4. Banyak memandang
Mata seringkali disebut sebagai jendela hati. Karena apa-apa yang indah dipandang mata, maka hati pun akan ikut mengaguminya. Tetapi, mata yang diciptakan untuk melihat sekalipun, tetap harus memiliki batasan-batasan dalam memandang. Janganlah sekali-kali kita membiarkan pandangan kita lepas dan berkeliaran di luar kendali, karena itu akan berakibat buruk.
1. Pandangan adalah panah iblis.
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman dalam sebuah ayat di kitab-Nya yang mulia, yang artinya:
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nuur: 30)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, artinya:
“Wahai ‘Ali, janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan berikutnya. Untukmu pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya.”[HR.Abu dawud dan at-Tirmidzi]
Diriwayatkan pula dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang memandang tanpa sengaja, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.”[HR.Muslim]
2. Syaithan akan menjadikan objek pandangan sebagai berhala dalam hati.
Syaithan memasukkan pengaruh buruknya ke dalam diri seseorang melalui pandangan mata dan sesungguhnya masuknya syaithan dari jalan ini melebihi kecepatan aliran udara masuk ke dalam ruang hampa. Syaithan akan memperindah wujud yang dipandang dan menjadikannya berhala tautan hati. Kemudian, ia mengobral janji dan angan-angan. Setelah itu ia nyalakan api syahwat dan dilemparkannya kayu bakar maksiat, sehingga seseorang itu jatuh ke dalam lubang dosa.
3. Pandangan itu menyibukkan hati.
Terlalu banyak memandang akan menjadikan hatinya tertawan dengan hal-hal yang dipandangnya. Sehingga akan membuatnya lupa dari urusan-urusan yang bermanfaat. Dia menjadi lalai dan senantiasa mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusannya menjadi kacau dan tidak terkendali. Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, yang artinya:
“Dan janganlah kamu ta’at kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya menjadi kacau balau.” (QS. al-Kahfi: 28)
Demikianlah bahwa melepaskan pandangan secara liar akan mengakibatkan tiga bencana ini. Sementara menjaganya akan membawa keuntungan di dunia dan akhirat.
Para pakar akhlaq bertutur, “Antara mata dan hati memiliki kaitan yang erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hati pun akan ikut rusak dan hancur. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak dihuni oleh ma’rifatullah, mahabbatullah, inabah kepada-Nya, ketundukan kepada-Nya dan kegembiraan ketika merasa dekat dengan-Nya. Penghuninya adalah hal-hal yang menjadi kebalikan dari itu semua.”
Melepaskan pandangan pun akan menjadikan hati buta, tidak dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, antara yang sunnah dan yang bid’ah, dan antara kebaikan dan keburukan. Tunduknya pandangan karena Allah akan membuahkan firasat yang benar yang dapat menjadi pembeda. Barang siapa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah akan mencemerlangkan cahaya bashirahnya.
Itulah racun-racun mematikan bagi hati. Maka sudah menjadi tugas harian bagi kita untuk membuat hati kita terhindar dari racun-racun tersebut. Karena bila hati telah bersinar, maka berbagai amal kebaikan akan berdatangan dari berbagai penjuru untuk dilaksanakan. Sebagaimana bila ia berada dalam kegelapan maka berbagai bencana dan keburukan pun akan berdatangan dari berbagai tempat.
Yaa Muqollibal qulub, tsabit qulubana 'ala diniik.
Wallahu a'lam bish showab.
Dalam Hal Apa Aku Harus Ikhlas
Sebagian manusia menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun ukhti muslimah, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah.
Ketika engkau tersenyum terhadap saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau mengunjungi saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau meminjamkan saudarimu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus ikhlas. Tidaklah engkau lakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah, engkau tersenyum kepada saudarimu bukan karena agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan atau membantu saudarimu agar kelak suatu saat nanti ketika engkau membutuhkan sesuatu maka engkau pun akan dibantu olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai orang yang pelit. Tidak wahai saudariku, jadikanlah semua amal tersebut karena Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah hadits ini wahai ukhti, tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin dicintai oleh Allah wahai ukhti ?
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Renungkanlah sabda beliau ini wahai ukhti, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula dengan pengabdianmu terhadap suamimu yang engkau lakukan ikhlas karena Allah ? bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita.
Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim).
Ketika engkau tersenyum terhadap saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau mengunjungi saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau meminjamkan saudarimu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus ikhlas. Tidaklah engkau lakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah, engkau tersenyum kepada saudarimu bukan karena agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan atau membantu saudarimu agar kelak suatu saat nanti ketika engkau membutuhkan sesuatu maka engkau pun akan dibantu olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai orang yang pelit. Tidak wahai saudariku, jadikanlah semua amal tersebut karena Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Perhatikanlah hadits ini wahai ukhti, tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin dicintai oleh Allah wahai ukhti ?
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Renungkanlah sabda beliau ini wahai ukhti, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula dengan pengabdianmu terhadap suamimu yang engkau lakukan ikhlas karena Allah ? bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita.
Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim).
Tipe wanita yang sunnah untuk di lamaR
Tipe wanita yang disunnahkan untuk dilamar
Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, diantaranya:
1.Wanita itu disunahkan seorang yang penuh cinta kasih. Maksudnya ia harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya, sementara sang suami pun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya. Selain itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang berbincang dan berbagi kasih sayang dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan firman Allah Ta'ala, Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan saying. (ar-Ruum:21).
2.Disunahkan pula agar wanita yang dilamar itu seorang yang banyak memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi harapan setiap pasangan suami-istri. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta'ala berfirman, Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa'. (al-Furqan:74). Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa'I, al-Hakim, dan ia mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.
3.Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu seorang yang masih gadis dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepadanya, Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab,"Seorang janda."Lalu beliau bersabda,
Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu?. Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan. Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda,
Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan. Demikian hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami' ash_Shaghir, al-Albani mengatakan, "Hadits ini shahih."
4.Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang masih termasuk keluarga dekat, karena Imam Syafi'I pernah mengatakan, "Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah."
5.Disunahkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita yang mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan terhormat, karena hal itu akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak keturunannnya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).
6.Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu taat beragama dan berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan akhlaknya yang mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam menjalankan agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya. Selain itu ia juga akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau melihatnnya.
Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta'ala, "Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka". (an-Nisa:34). Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah". (HR. Muslim, Nasa'I dan Ibnu Majah).
7.Selain itu, hendaklah wanita yang akan dinikahi adalah seorang yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan setiap insan dan selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan kecantikan itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal itu telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits tentang hal-hal yang disukai dari kaum wanita. Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera dan keinginannya.
Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita yang tinggi. Sedangkan sebagian lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih, kuning dan sebagainya. Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada keindahan suara dan kelembutan ucapannya.
Demikianlah, yang jelas disunahkan bagi setiap orang untuk menikahi wanita yang ia anggap cantik sehingga ia tidak tertarik dan tergoda pada wanita lain, sehingga tercapailah tujuan pernikahan, yaitu kesucian dan kehormatan bagi tiap-tiap pasangan.
Sumber: Fikih Keluarga, Syaikh Hasan Ayyub, Cetekan Pertama, Mei 2001, Pustaka Al-kautsar
77 Cabang IMAN
Hakikat iman yang sempurna mempunyai tiga bagian
(1). Tashdiq bil-Qalbi' : yaitu meyakini dengan sepenuh hati
(2). Iqrar bil Lisan ; yaitu Mengucapkan dengan Lisan.
(3). Amal bil Arkan,mengamalkannya dengan Anggota badan
Cabang iman dalam Sub bagian
(1). Niat.Aqidah dan amalan Hati
(2). Lidah
(3). Seluruh Anggota badan
Ibarat sebuah pohon, iman itu memiliki cabang-cabang. Imam Al-Baihaqi, salah seorang terkemuka, mendaftar 77cabang iman. Anda tinggal mencocokkan apakah semuanya ada dalam diri Anda. Ataukah masih banyak yang belum melekat pada diri Anda. Mari kita lihat apa sajakah ketujuh puluh tujuh cabang tersebut.
1. Iman kepada Allah Azza wa Jalla
2. Iman kepada para rasul Allah seluruhnya
3. Iman kepada para malaikat
4. Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya
5. Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang buruk – adalah berasal dari Allah
6. Iman kepada Hari Akhir
7. Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati
8. Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur
9. Iman bahwa tempat kembalinya mukmin adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah Neraka
10. Iman kepada wajibnya mencintai Allah
11. Iman kepada wajibnya takut kepada Allah
12. Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah
13. Iman kepada wajibnya tawakkal kepada Allah
14. Iman kepada wajibnya mencintai Nabi saw
15. Iman kepada wajibnya mengagungkan dan memuliakan Nabi saw
16. Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka terbebas dari Neraka daripada kafir
17. Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i
18. Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya”
19. Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada ancaman-ancamannya
20. Thaharah
21. Sholat lima waktu
22. Zakat
23. Puasa
24. I’tikaf
25. Haji
26. Jihad
27. Menyusun kekuatan fii sabilillah
28. Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari medan peperangan
29. Menunaikan khumus
30. Membebaskan budak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
31. Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan Ramadhan ; demikian pula fidyah
32. Menepati akad
33. Mensyukuri nikmat Allah
34. Menjaga lisan
35. Menunaikan amanah
36. Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa manusia
37. Menjaga kemaluan dan kehormatan diri
38. Menjaga diri dari mengambil harta orang lain secara bathil
39. Menjauhi makanan dan minuman yang haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut
40. Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan yang diharamkan oleh Allah
41. Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam
42. Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan menjauhi harta yang tidak halal
43. Tidak benci, iri, dan dengki
44. Tidak menyakiti atau mengganggu manusia
45. Ikhlas dalam beramal karena Allah semata, dan tidak riya’
46. Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih dan menyesal dengan keburukan
47. Segera bertaubat ketika berbuat dosa
48. Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah
49. Menaati ulul amri
50. Berpegang teguh pada jamaah
51. Menghukumi diantara manusia dengan adil
52. Amar ma’ruf nahi munkar
53. Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa
54. Malu
55. Berbakti kepada kedua orang tua
56. Menyambung kekerabatan (silaturrahim)
57. Berakhlaq mulia
58. Berlaku ihsan kepada para budak
59. Budak yang menunaikan kewajibannya terhadap majikannya
60. Menunaikan kewajiban terhadap anak dan isteri
61. Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka
62. Menjawab salam
63. Mengunjungi orang yang sakit
64. Mensholati mayit yang beragama Islam
65. Mendoakan orang yang bersin
66. Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka
67. Memuliakan tetangga
68. Memuliakan tamu
69. Menutupi kesalahan (dosa) orang lain
70. Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan dan kesenangan
71. Zuhud dan tidak panjang angan-angan
72. Ghirah dan Kelemah lembutan
73. Berpaling dari perkara yang sia-sia
74. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
75. Mendamaikan yang bersengketa
76. Mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri
77. Berbuat yang terbaik,Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan/kayu
itulah ketujuh puluh tujuh cabang iman,terkadang dalam sebagiann riwayat,yang satu di gabungkan dengan lain,misalnya mu'amalah.mengumpulkan harta dari harta yang halal
Allamah Aini rah.a.
Syarah Bukhari
hafidz Ibnu hajar Fathul bari
Alamah Qori.rah.a Mirqat
"WAMATAUFIKIILABILLAHI"
Sebuah Renungan Untuk Para Pasangan
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh.
Ya Ikhwani wa ikhwati rahimakumullah...
Masyarakat adalah cerminan kondisi keleuarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Ada beberapa hal untuk membentuk keluarga sakinah diantaranya sebagai berikut.
1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan "nggemesi", sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu
(a) Menutup aurat,
(b) Melindungi diri dari panas dingin, dan
(c) Perhiasan.
Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah "nglombrot" menyebalkan.
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.
4. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst);
(a) Memiliki kecenderungan kepada agama,
(b) Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
(c) Sederhana dalam belanja,
(d) Santun dalam bergaul dan
(e) Selalu introspeksi.
5. Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar'i), yakni
(a) Suami / isteri yang setia (saleh/salehah),
(b) Anak-anak yang berbakti,
(c) Lingkungan sosial yang sehat , dan
(d) Dekat rizkinya.
Ya Ikhwani wa ikhwati rahimakumullah....
Berikut ini sebuah syair yang ana kutif dari seseorang, semoga dapat bermanfat.
UNTUK SUAMI
(Sebuah Syair Renungan Singkat Bagi Laki-laki)
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia,
Isteri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah ...
Justru Isteri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah...
Pernikahan ataupun perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama ...
Isteri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Isteri adalah murid, Kamu mursyid (pembimbing) -nya,
Isteri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya ...
Saat Isteri menjadi madu, Kamu teguklah sepuasnya,
Seketika Isteri menjadi racun, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya Isteri tulang yang bengkok, ber-hati²lah meluruskannya ...
Pernikahan ataupun perkawinan,
Menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa ...
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Muhammad Rasulullah atau Isa As,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamaullahhuwajah,
Cuma suami akhir zaman, yang berusaha menjadi soleh ... Amiiin
UNTUK ISTRI
(Sebuah Syair Renungan Singkat Bagi Wanita)
Pernikahan ataupun perkawinan,
Membuka tabir rahasia,
Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah semulia Muhammad,
Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Isa atau Ayub,
Atau pun segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Membangun keturunan yang soleh ...
Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah Nakoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamulah penuntun kenakalannya,
Saat Suami menjadi Raja, Kamu nikmati anggur singasananya,
Seketika Suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya
Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna di dalam menjaga
Pun bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi solehah ... Amiiin
Semoga bermanfaat...
Wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh
Ahmad Ali Akbar Albantani
Ta'aruf atau Pacaran...??
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). [QS. An-Nur:26]
Perasaan tidak bisa di bohongi, pasti setiap insan maunusia ingin merasakan mencintai dan di cintai, tapi ingat jangan melebihi kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah..
Jadikanlah cinta kita kepada insan manusia karena Allah.
Dari Anas bin Malik ra mengatakan, Aku sedang duduk2 di sisi Rasulullah SAW. tiba2 seorang laki2 lewat. Seseorang dari yang sedang duduk bersama Rasulullah SAW. mengatakan, "Ya Rasulullah saw. aku mencintai orang itu". Rasulullah SAW mengatakan, "Sudahkah kamu menyatakannya kepadanya?" Orang itu menjawab, "Belum." Kata Rasulullah SAW., "Bangunlah dan nyatakanlah kepadanya.” Maka orang itu bangkit menuju ke arahnya seraya mengatakan, "Uhibbuka fillah (aku mencintaimu karena Allah)." Orang itu menjawab, "Ahabbakal-ladzi ahbatani lahu" (semoga mencintaimu pula (Allah) Yang karena-Nya kamu mencintaiku).” ( Hadits riwayat Imam Ahmad ).
Coba di renungkan bukanah suatu kesia-sian saja berjalan bersama orang yang belum tentu 100% menjadi pasangan kita bagaimana mungkin bisa meyakinkan bahwa orang yang saat ini berjalan bersama kita memiliki komitmen untuk tetap ‘setia’ sampai ke jenjang pernikahan, sudah sekian tahun berpacaran ternyata wacananya hanya sebatas curhat-curhatan dan take n give yang tak berdasar, tidak meningkat pada satu tindakan menikah.
Apakah ada pacaran dalam islam, islam mengenalnya dengan proses ta'aruf, pacaran ada setelah akad nikah terucap.
Perbedaan ta'aruf dengan pacaran
Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.
Sedangkan ta'aruf adalah seperti seorang montir mobil yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan ta'aruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.
Proses ta'aruf
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi, ta'aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.
Dalam proses ta'aruf kita butuh seorang informan, Syarat Seorang Informan.
Untuk mengetahui akhlak akhawat/ikhwan, tentu kita harus menanyakannya kepada orang lain. Ini dikarenakan kita tidak mengenal baik akhawat/ikhwan tersebut. Lalu kepada siapakah kita bertanya? Tanyakanlah kepada orang-orang terdekatnya. Namun orang yang terdekat ini bukanlah sembarang orang. Di bawah ini adalah tips dari Umar bin Khattab untuk mengetahui apakah orang tersebut benar-benar mengenal akhwat/ikhwan yang dimaksud. Yaitu :
1. Ia sudah melakukan mabit atau safar dengan akhwat tersebut sehingga mengetahui persis akhlaknya.
2. Ia sudah melakukan hubungan finance (muamalah) dengan akhwat tersebut sehingga dapat terlihat apakah ia amanah.
3. Ia sudah menyaksikan akhwat tersebut menahan amarah karena ketika orang marah akhlak aslinya akan terlihat, baik ataukah buruk.
Tujuan ta'aruf
Ta'aruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting. Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.
Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus ta'aruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.
Manfaat Ta'aruf
Selain urusan melihat fisik, ta'aruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, nge-date dan seterusnya dengan menggunakan alasan ta'aruf. Janganlah ta'aruf menjadi pacaran, sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami-istri ini.
Istikharah
Jangan lupa istikharah untuk mendapatkan kemantapan. Seperti sebuah bait puisi, "Bariskan harapan pada istikharah sepenuh hati ikhlas. Relakan Allah pilihkan untukmu. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya. Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah. Mungkin kebaikan itu bukan pada orang yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi. Kekasih tempat orang-orang beriman memberi semua cinta dan menerima cinta."
Maaf ada tambahan dari Ana yg faqir dan Dho'if ini, kenapa sekarang sungguh banyak sekali ummat islam yang belum menikah sudah saling panggil dengan Abi Wa Umi, dan mereka saling membagi kasih sayang, padahal mereka belum mengikrarkan Akad Nikah, Naudzubillah Mindzalik..
WAHAI RASULLULLAH,WAHAI JUNJUNGANKU
Assalamualaiku Warahmatullahi Wabarakatuh..
Wahai Saudaraku,ini dia catatan saya....maaf bila banyak salahnya:
Suatu ketika Ada sekumpulan orang yang sedang berkumpul...1 orang diantara mereka
bernyanyi sebuah lagu,"UNTUKMU!!!UNTUKMU!!!UNTUKMUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!",kata orang itu..
.orang disekelilingnya...semuanya TANPA KECUALI pada tutup hidung(karena baunya mulut orang yang menyanyi itu),serta telinga...karena orang yang menyanyi itu saking semangatnya orang yang dari jarak 100 km aja masih mendengarnya sangat nyaring.
Lalu,datang seorang ustadz kesana karena mendengar suara itu...........secara spontan
orang yang bernyanyi itu langsung menghentikan nyanyiannya...lalu sang ustadz tadi pun menyuruh agar mereka semua bershalawat...semuanya bershalawat,kecuali orang yang menyanyi tadi,karena ia tidak hapal...Lalu,ustadz tadi menanyakan mengapa orang itu tidak bershalawat...
"Tidak hapal ustadz,...",jawabnya
"lah,masa' lagu aja hapal tapi shalawat gak hapal?",jawab ustadz tersebut.
orang itu pun secara spontan lagi diam malu-malu,sedangkan,teman-temannya pada nyengir....
=======================================================
Shalawat....jika saja menyanyi lagu Ungu,ST12,dll. dengan merdu...tetapi,bershalawat dengan gaya orang mau mati....itu sungguh keterlaluan....
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya"(Q.S.Al-Ahzab/33:56)
“Barangsiapa bershalawat kepadaku atau memohonkan untukku al-Wasilah (membaca do’a setelah adzan) pasti mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (Hadits riwayat Muslim, Abu Daud at-Tirmidzi dan an-Nasa`i)
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
ISlam...Memuliakan kaum Ibu.
Kasus Bu Minah yg harus menekam didlm terali hanya karena 3 biji kakao senilai Rp.2000. belum lagi kasus Prita yg juga mengalami nasib serupa. harus terpisah dengan buah hatinya hanya rasa ingin mencari sebuah keadilan tindakan medis yg dinilainya tidak memuaskan.
Inilah segelintir kasus yg membuat kita miris melihat persoalan yg melanda 2 orang ibu ini. saya yakin masih banyak ibu-ibu serupa yg merasakan penderitaan yg sama bahkan lebih mencekik dari kedua contoh diatas. kekerasan, kematian karena penyekit, terjepit masalah ekonomi hingga akhirnya menggadaikan tugas dan kewajiban yg utama bagi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, mahalnya layanan kesehatan dan setumpuk permasalahan yg menghimpit kaum ibu.
Islam sangat menjunjung tinggi posisi seorang ibu. Abu Hurairoh meriwayatkan, telah datang seorang ibu kepada Nabi dan bertanya : siapakah yang berhak aku layani sebaik-baiknya ? jawab nabi : ibumu. Dia bertanya lagi, kemudian siapa lagi ? ibumu..kata Rasul. kemudian di tanya lagi, kemudian setelahnya siapa lagi ? nabi menjawab lagi, ibumu. setelah itu ? kemudian rasul berkata ayahmu.
Subhanallah...benar-benar menunjukkan bahwa posisi seorang ibu itu teramat penting. ibu punya peran penting untuk mengantarkan kita menjadi sosok yg hebat. mulai awal kita hidup ibulah yg menjadi tempat kita berteduh. kita melekat erat didalam dagingnya, kita menyatu dengannya, bahkan kita merasakan denyut jantungnya. saat lahir hingga akhirnya kita tumbuh menjadi sosok yg dewasa.
Ibu adalah penentu berlangsungnya sebuah bangsa. krn dari tangan mulianya seorang ibu akan mendidik kita, membesarkan kita dan mencetak generasi-generasi unggul untuk meneruskan estafet peradaban.
menjalankan peran sebagai seorang ibu bukanlah perkara yg gampang seperti semudah membalikkan telapak tangan. ibu tdk hanya menjalankan tugas kodratinya (mengandung,melahirkan, menyusui, membesarkan, mendidik) tapi ibu juga harus berjuang sekuat tenaga melawan arusburuk dari sistem yg mendominasi dan berdampak buruk terhadap proses perkembangan dan pendidikan seorang anak.
Ibu menjadi salah satu korban dari sistem yang ada. sistem kapitalis punya andil besar menghasilkan generasi2 cap bebek yg bisanya hanya melihat dan meniru. tanpa tau apa yang dia akan ditiru.
ekploitasi wanita dengan dalih kebebasan atau kemandirian ekonomi harus dihentikan. bukankah hak seorang ibu itu dinafkahi ? jadi penuhilah haknya. jng rampas mereka dari rumah-rumahnya, memisahkan ibu dengan buah hatinya, membuka auratnya dan memamerkan kecantikannya diruang publik.
bukankah wanita itu adalah TIANG NEGARA ??? jk wanitanya baik maka keberkahan akan meliputi setiap jengkal kehidupan kita. begitupun sebaliknya.
disamping itu peran seorang ibu akan berjalan sempurna jika didampingi oleh seorang suami. karena itu jangan biarkan perceraian terus terjadi. Tugas seorang ibu tdk bisa serta merta digantikan oleh seorang ayah begitupula sebaliknya. semua sudah mempunyai porsinya masing-masing. sesungguhnya kehancuran sebuah rumah tangga adalah sinyalementerkecil dari hancurnya sebuah negara. karena keluargalah yg menjadi peletak dasar pencetak sebuah peradaban dan pembentuk generasi-generasi terbaik penerus bangsa.
PErbagai penderitaan dan permasalahan yg dihadami oleh kaum ibu tidak lain karena karena tidak adanya aturan yg memuliakan mereka. krn itu ISLAM punya solusi untuk memuliakan seorang perempuan (ibu). bukankah ibu adalah ciptaan Allah SWT ??? jadi sdh tentu pula hanya aturan Allah lah yg tau bagaimana memuliakan seorang wanita. hanya saja autran islam tidak akan sempurna penerapannya tanpa adanya wadah yg melegaskan ISlam sebagai sistem kehidupan. karena itu kita butuh khilafah islamiyah untuk mengangakt kehormatan dan memelihara kemulyaan seorang wanita. bahkan dengannya kemulyaan kita sebagai umat terbaik akan terasa.
Catatan :
Hak cipta milik Allah Swt, karenanya jika dalam tulisan ini terdapat kebenaran dan kemaslahatan, maka dianjurkan untuk menyebarluaskannya sebagai amal jariyah. Tanpa perlu izin dari penulisnya. Jazakallahu.
Inilah segelintir kasus yg membuat kita miris melihat persoalan yg melanda 2 orang ibu ini. saya yakin masih banyak ibu-ibu serupa yg merasakan penderitaan yg sama bahkan lebih mencekik dari kedua contoh diatas. kekerasan, kematian karena penyekit, terjepit masalah ekonomi hingga akhirnya menggadaikan tugas dan kewajiban yg utama bagi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, mahalnya layanan kesehatan dan setumpuk permasalahan yg menghimpit kaum ibu.
Islam sangat menjunjung tinggi posisi seorang ibu. Abu Hurairoh meriwayatkan, telah datang seorang ibu kepada Nabi dan bertanya : siapakah yang berhak aku layani sebaik-baiknya ? jawab nabi : ibumu. Dia bertanya lagi, kemudian siapa lagi ? ibumu..kata Rasul. kemudian di tanya lagi, kemudian setelahnya siapa lagi ? nabi menjawab lagi, ibumu. setelah itu ? kemudian rasul berkata ayahmu.
Subhanallah...benar-benar menunjukkan bahwa posisi seorang ibu itu teramat penting. ibu punya peran penting untuk mengantarkan kita menjadi sosok yg hebat. mulai awal kita hidup ibulah yg menjadi tempat kita berteduh. kita melekat erat didalam dagingnya, kita menyatu dengannya, bahkan kita merasakan denyut jantungnya. saat lahir hingga akhirnya kita tumbuh menjadi sosok yg dewasa.
Ibu adalah penentu berlangsungnya sebuah bangsa. krn dari tangan mulianya seorang ibu akan mendidik kita, membesarkan kita dan mencetak generasi-generasi unggul untuk meneruskan estafet peradaban.
menjalankan peran sebagai seorang ibu bukanlah perkara yg gampang seperti semudah membalikkan telapak tangan. ibu tdk hanya menjalankan tugas kodratinya (mengandung,melahirkan, menyusui, membesarkan, mendidik) tapi ibu juga harus berjuang sekuat tenaga melawan arusburuk dari sistem yg mendominasi dan berdampak buruk terhadap proses perkembangan dan pendidikan seorang anak.
Ibu menjadi salah satu korban dari sistem yang ada. sistem kapitalis punya andil besar menghasilkan generasi2 cap bebek yg bisanya hanya melihat dan meniru. tanpa tau apa yang dia akan ditiru.
ekploitasi wanita dengan dalih kebebasan atau kemandirian ekonomi harus dihentikan. bukankah hak seorang ibu itu dinafkahi ? jadi penuhilah haknya. jng rampas mereka dari rumah-rumahnya, memisahkan ibu dengan buah hatinya, membuka auratnya dan memamerkan kecantikannya diruang publik.
bukankah wanita itu adalah TIANG NEGARA ??? jk wanitanya baik maka keberkahan akan meliputi setiap jengkal kehidupan kita. begitupun sebaliknya.
disamping itu peran seorang ibu akan berjalan sempurna jika didampingi oleh seorang suami. karena itu jangan biarkan perceraian terus terjadi. Tugas seorang ibu tdk bisa serta merta digantikan oleh seorang ayah begitupula sebaliknya. semua sudah mempunyai porsinya masing-masing. sesungguhnya kehancuran sebuah rumah tangga adalah sinyalementerkecil dari hancurnya sebuah negara. karena keluargalah yg menjadi peletak dasar pencetak sebuah peradaban dan pembentuk generasi-generasi terbaik penerus bangsa.
PErbagai penderitaan dan permasalahan yg dihadami oleh kaum ibu tidak lain karena karena tidak adanya aturan yg memuliakan mereka. krn itu ISLAM punya solusi untuk memuliakan seorang perempuan (ibu). bukankah ibu adalah ciptaan Allah SWT ??? jadi sdh tentu pula hanya aturan Allah lah yg tau bagaimana memuliakan seorang wanita. hanya saja autran islam tidak akan sempurna penerapannya tanpa adanya wadah yg melegaskan ISlam sebagai sistem kehidupan. karena itu kita butuh khilafah islamiyah untuk mengangakt kehormatan dan memelihara kemulyaan seorang wanita. bahkan dengannya kemulyaan kita sebagai umat terbaik akan terasa.
Catatan :
Hak cipta milik Allah Swt, karenanya jika dalam tulisan ini terdapat kebenaran dan kemaslahatan, maka dianjurkan untuk menyebarluaskannya sebagai amal jariyah. Tanpa perlu izin dari penulisnya. Jazakallahu.
BASMALAH, DALAM AGAMA LAIN
Bismillahi arrahmani arrahimi adalah salah satu dari ayat Al Qur’an yang paling populer, serta paling sering dibaca oleh umat manusia. Bagi kaum muslimin yang menjaga shalat lima waktu, maka minimal dia akan membaca 17 kali ayat ini di dalam surat Al-Fatihah. Ayat ini adalah ayat pertama dari surat tersebut.
Di dalam Al-Qur’anul karim, basmalah sudah dikenal ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, ayat bismillahi arrahmani arrahimi tersebut tercantum dalam surat An-Naml, ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. mengirimkan surat kepada ratu Balqis, penguasa kerajaan Saba’ di Yaman. Ketika itu Ratu Balqis membaca surat Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam yang dilemparkan oleh seekor burung hud hud. Dan, sang ratu sangat terkejut serta kagum ketika membaca surat tersebut. Kemudian, dia pun berkata: “Ya Ayyuhal malaw inni ulqiya ilayya kitabun karim” (wahai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang karim).
Kata “karim” biasanya diterjemahkan orang dengan arti mulia. Padahal di dalam bahasa Arab, kata “karim” juga biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat indah, bagus dan sempurna sesuai dengan objek yang disifatinya. Sebagai contoh misalnya perkataan ‘rizqun karim’ artinya adalah rezeki yang mulia, banyak jumlahnya, halal dan memuaskan orang yang menikmatinya. Sedangkan perkataan ‘zawjun karim’ artinya adalah pasangan atau istri yang setia, cantik melayani suami dengan baik, menggembirakan hati, menyenangkan, serta penuh kasih sayang. Begitu juga dengan surat yang karim dari Nabi Sulaiman kepada ratu Balqis itu bermakna; surat yang sampulnya bagus, isinya bagus, ringkas dan indah, tulisan bagus dan indah, bahasanya ringkas dan padat.
Pada beberapa tahun yang lalu di Habibie Center, Jakarta, ada sebuah pertemuan Interaction Council yang diikuti oleh beberapa orang tokoh dari berbagai agama dan negara. Dari India tampil seorang Resi yang bernama Swami Agnivish yang beragama Hindu. Pemaparan beliau dimulai dengan menjelaskan intisari dari Bismillahi arrahmani arrahimi. Hampir seluruh peserta yang hadir terkejut. Namun beliau kembali menegaskan bahwa kandungan ayat tersebut telah dikenal dalam agama Hindu selama ribuan tahun meskipun dengan lafazh yang berbeda.
Para pembaca tidak perlu heran, sebab agama Hindu juga adalah salah satu dari agama langit. Di dalam kitab Veda ada disebutkan beberapa kali nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diramalkan akan muncul sebagai Nabi akhir zaman. Sedangkan ‘Dewa Utama’ dalam agama Hindu bernama Brahma yang asalnya dari akar kata Abraham dalam bahasa Ibrani. Kemudian ditulis menjadi Brahma dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan istri beliau yang cantik jelita bernama Sarah yang dalam bahasa Sansekerta menjadi Dewi Sarah tertulis Saraswati. (Wati artinya sama dengan Dewi).
Dalam sebuah Hadits Nabi pada kitab Qishash al Anbiya, Syaikh Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kecantikan ‘Dewi’ Sarah adalah seperti kecantikan 1/3 dari seluruh kecantikan wanita sedunia yang dikumpulkan menjadi satu untuk dirinya seorang. Betapa cantiknya Dewi Sarah itu. Dari keterangan ini tidaklah heran bila dalam agama Hindu mereka mengenal ayat Bismillahi arrahmani arrahimi.
Peserta dari Srilangka bernama DR. AT Ariyatratna yang beragama Buddha juga menekankan pentingnya menghayati pesan dari Bismillahi arrahmani arrahimi Menurut beliau semua agama yang ada di dunia ini memang mengenal dan memahami kalimat suci yang istimewa ini.
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kepada semua kaum muslimin untuk membaca Bismillahi arrahmani arrahimi sebelum memulai setiap pekerjaan apa saja. Bahkan Beliau menekankan bahwa setiap pekerjaan akan menjadi cacat tanpa kalimat ini dibacakan terlebih dahulu. Berbeda dengan shalawat atas Nabi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memang memberi perintah kepada kaum muslimin untuk bershalawat atas Nabi, dimana sebelumnya dijelaskan bahwa Allah dan Malaikat pun bershalawat atas diri Nabi yang mulia. Tetapi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mencontohkan lafazh shalawat itu kepada kita. Sedangkan Bismillahi arrahmani arrahimi diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara tersirat pada surat yang pertama kali turun yaitu ayat “Iqra’ bismirobbikalladzi khalaq” (bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menjadikan). Meskipun demikian Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencontohkan di dalam Al-Qur’anul Karim dengan memulai membaca surat yang ada dengan kalimat suci ini (kecuali hanya pada surat At-Taubah saja yang tidak memakai basmalah).
Seseorang yang memulai pekerjaannya dengan basmalah (dengan nama Allah) itu dapat berarti sekurang-kurangnya tiga maksud. Yang pertama, saya memulai pekerjaan ini dengan nama Allah. Yang kedua, saya memohon pertolongan dengan nama Allah untuk melaksanakan pekerjaan ini. Artinya saya yakin tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut tanpa pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala; Yang ketiga, saya melakukan pekerjaan ini atas nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala, artinya motivasi saya bekerja semata-mata demi Allah dan karena Allah saja.
Kalaulah makna-makna seperti yang di atas tertanam dalam hati setiap kaum muslimin dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka mustahil lah seorang mukmin itu sampai hati untuk melakukan perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kenapa hari ini banyak kaum muslimin yang terjatuh ke dalam lembah maksiat? Jawabnya tidak lain karena lemahnya pengaruh Allah di dalam hatinya. Dan, lalainya mereka dari membaca basmalah ketika memulai setiap pekerjaan sebagai "pengendalian diri" dari segala maksiat yang ada.
Perlu diketahui bahwa jika kita sebagai seorang muslim telah mengetahui dengan jelas bahwa pekerjaan yang akan dilakukan adalah sebuah perbuatan maksiat, namun kita dengan sengaja membaca basmalah sebelum mengerjakannya, jatuhlah kita ke dalam kemurtadan. Tegasnya, orang yang berzina kemudian dengan sengaja membaca basmalah, menjadi murtadlah dia. Begitu juga dengan orang yang mencuri, korupsi, minum khamar (mabuk), merampok, dan lain-lainnya, kemudian mereka dengan sengaja membaca basmalah diawal pekerjaannya, maka menjadi murtadlah mereka dari Islam. Semoga kita dapat membumikan basmalah serta memahami makna yang ada di dalamnya. Amin.
Wallahu a’lam bishshowab
Di dalam Al-Qur’anul karim, basmalah sudah dikenal ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, ayat bismillahi arrahmani arrahimi tersebut tercantum dalam surat An-Naml, ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. mengirimkan surat kepada ratu Balqis, penguasa kerajaan Saba’ di Yaman. Ketika itu Ratu Balqis membaca surat Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam yang dilemparkan oleh seekor burung hud hud. Dan, sang ratu sangat terkejut serta kagum ketika membaca surat tersebut. Kemudian, dia pun berkata: “Ya Ayyuhal malaw inni ulqiya ilayya kitabun karim” (wahai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang karim).
Kata “karim” biasanya diterjemahkan orang dengan arti mulia. Padahal di dalam bahasa Arab, kata “karim” juga biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat indah, bagus dan sempurna sesuai dengan objek yang disifatinya. Sebagai contoh misalnya perkataan ‘rizqun karim’ artinya adalah rezeki yang mulia, banyak jumlahnya, halal dan memuaskan orang yang menikmatinya. Sedangkan perkataan ‘zawjun karim’ artinya adalah pasangan atau istri yang setia, cantik melayani suami dengan baik, menggembirakan hati, menyenangkan, serta penuh kasih sayang. Begitu juga dengan surat yang karim dari Nabi Sulaiman kepada ratu Balqis itu bermakna; surat yang sampulnya bagus, isinya bagus, ringkas dan indah, tulisan bagus dan indah, bahasanya ringkas dan padat.
Pada beberapa tahun yang lalu di Habibie Center, Jakarta, ada sebuah pertemuan Interaction Council yang diikuti oleh beberapa orang tokoh dari berbagai agama dan negara. Dari India tampil seorang Resi yang bernama Swami Agnivish yang beragama Hindu. Pemaparan beliau dimulai dengan menjelaskan intisari dari Bismillahi arrahmani arrahimi. Hampir seluruh peserta yang hadir terkejut. Namun beliau kembali menegaskan bahwa kandungan ayat tersebut telah dikenal dalam agama Hindu selama ribuan tahun meskipun dengan lafazh yang berbeda.
Para pembaca tidak perlu heran, sebab agama Hindu juga adalah salah satu dari agama langit. Di dalam kitab Veda ada disebutkan beberapa kali nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diramalkan akan muncul sebagai Nabi akhir zaman. Sedangkan ‘Dewa Utama’ dalam agama Hindu bernama Brahma yang asalnya dari akar kata Abraham dalam bahasa Ibrani. Kemudian ditulis menjadi Brahma dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan istri beliau yang cantik jelita bernama Sarah yang dalam bahasa Sansekerta menjadi Dewi Sarah tertulis Saraswati. (Wati artinya sama dengan Dewi).
Dalam sebuah Hadits Nabi pada kitab Qishash al Anbiya, Syaikh Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kecantikan ‘Dewi’ Sarah adalah seperti kecantikan 1/3 dari seluruh kecantikan wanita sedunia yang dikumpulkan menjadi satu untuk dirinya seorang. Betapa cantiknya Dewi Sarah itu. Dari keterangan ini tidaklah heran bila dalam agama Hindu mereka mengenal ayat Bismillahi arrahmani arrahimi.
Peserta dari Srilangka bernama DR. AT Ariyatratna yang beragama Buddha juga menekankan pentingnya menghayati pesan dari Bismillahi arrahmani arrahimi Menurut beliau semua agama yang ada di dunia ini memang mengenal dan memahami kalimat suci yang istimewa ini.
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kepada semua kaum muslimin untuk membaca Bismillahi arrahmani arrahimi sebelum memulai setiap pekerjaan apa saja. Bahkan Beliau menekankan bahwa setiap pekerjaan akan menjadi cacat tanpa kalimat ini dibacakan terlebih dahulu. Berbeda dengan shalawat atas Nabi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memang memberi perintah kepada kaum muslimin untuk bershalawat atas Nabi, dimana sebelumnya dijelaskan bahwa Allah dan Malaikat pun bershalawat atas diri Nabi yang mulia. Tetapi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mencontohkan lafazh shalawat itu kepada kita. Sedangkan Bismillahi arrahmani arrahimi diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara tersirat pada surat yang pertama kali turun yaitu ayat “Iqra’ bismirobbikalladzi khalaq” (bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menjadikan). Meskipun demikian Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencontohkan di dalam Al-Qur’anul Karim dengan memulai membaca surat yang ada dengan kalimat suci ini (kecuali hanya pada surat At-Taubah saja yang tidak memakai basmalah).
Seseorang yang memulai pekerjaannya dengan basmalah (dengan nama Allah) itu dapat berarti sekurang-kurangnya tiga maksud. Yang pertama, saya memulai pekerjaan ini dengan nama Allah. Yang kedua, saya memohon pertolongan dengan nama Allah untuk melaksanakan pekerjaan ini. Artinya saya yakin tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut tanpa pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala; Yang ketiga, saya melakukan pekerjaan ini atas nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala, artinya motivasi saya bekerja semata-mata demi Allah dan karena Allah saja.
Kalaulah makna-makna seperti yang di atas tertanam dalam hati setiap kaum muslimin dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka mustahil lah seorang mukmin itu sampai hati untuk melakukan perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kenapa hari ini banyak kaum muslimin yang terjatuh ke dalam lembah maksiat? Jawabnya tidak lain karena lemahnya pengaruh Allah di dalam hatinya. Dan, lalainya mereka dari membaca basmalah ketika memulai setiap pekerjaan sebagai "pengendalian diri" dari segala maksiat yang ada.
Perlu diketahui bahwa jika kita sebagai seorang muslim telah mengetahui dengan jelas bahwa pekerjaan yang akan dilakukan adalah sebuah perbuatan maksiat, namun kita dengan sengaja membaca basmalah sebelum mengerjakannya, jatuhlah kita ke dalam kemurtadan. Tegasnya, orang yang berzina kemudian dengan sengaja membaca basmalah, menjadi murtadlah dia. Begitu juga dengan orang yang mencuri, korupsi, minum khamar (mabuk), merampok, dan lain-lainnya, kemudian mereka dengan sengaja membaca basmalah diawal pekerjaannya, maka menjadi murtadlah mereka dari Islam. Semoga kita dapat membumikan basmalah serta memahami makna yang ada di dalamnya. Amin.
Wallahu a’lam bishshowab
Ma’rifatud Dien (Mengenal Agama)
A. PENGERTIAN
Innaddiina 'indallaahil-islaam. Wamaa ikhtalafalladziina uutuulkitaaba illaa min ba'di maa jaa-ahumul'ilmu baghyan baynahum. Waman yakfur bi-aayaatillaahi fa-innallaaha sarii'ulhisaab.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran: 19)
Berdasarkan kamus munjid, Din terbagi ke dalam beberapa masdar kata :
1. Al-Jaza wal mukafa = pahala, balasan.
2. Al-Qodo = peraturan.
3. At-Thathbir = pengelolaan.
4. Al-Hisab = perhitungan.
5. Al-Malik/Al-Mulk wal sulthan = kerajaan, raja, wilayah kekuasaan.
Makna Ad Din الدين yang diterjemahkan Departemen Agama RI adalah AGAMA. Sedangkan agama berasal dari bahasa sansekerta (bukan bahasa Arab) yang terdiri dari dua kata A (tidak) dan Gama (kocar-kacir/kacau balau). Jadi secara bahasa, agama artinya tidak kocar-kacir, atau tidak kacau balau. Kalau disatukan dengan kata Islam, memiliki arti tidak kacau balau Islam (Agama Islam), dan ini sangatlah aneh jika kita pahami seperti itu. Namun keunggulan bahasa Arab dibanding dengan bahasa lain ialah satu kata dapat memiliki makna/arti yang sangat beragam.
Kata din, menurut al-Syahrastani (ulama besar Persia), memiliki beberapa pengertian. Yang paling umum adalah "ketundukan dan ketaatan" (al-ta'ah wa al-inqiyad). Ad-Din dari berbagai kamus, (kamus lisanul Arab, Munawwar, dan tafsir) makna DIN mempunyai lebih dari 30 suku kata/mufrodat/konjungasi, diantaranya; An-Nasihat (nasihat), al-Jaza (pembalasan), Al-Hukmu (hukum/undang-undang), Al-Qodlo (ketetapan), Al-A'dat (kebiasaan), Asy-Syar'i (syari'at), Ad-Daulah (Daulah), As-Sulthon (kekuasaan), Ath-Tho'ah (ketaatan), Ad-Dar (negara/madinah), Al-Khilafah (khilafah), Al-Hal (segala permasalahan), Al-'Adalah (keadilan), Al-Millah dan lain-lain.
Dari mufrodat diatas bisa difahami bahwa Ad-Din adalah tata nilai atau suatu peraturan. Ad-Din juga dimaknai Negara karena didalam negara ada suatu peraturan yang berlaku. Ad-Din dimakni hukum, karena hukum itu sendiri adalah peraturan atau ada juga diartikan pembalasan dalam surat al-fatihah; Maliki yaumiddin (yang merajai/menguasai hari pembalasan). Karena segala peraturan pasti ada balasan, dan Ad-Din dimaknai Al-Hal (segala permasalahan) maka semua permasalahan yang terjadi di dunia ini harus memiliki peraturan/Ad Din sebagai solusi yang bersifat melindungi (protektif), mencegah (preventif) dan menghukum (preventatif).
Ad-Din dengan makna Hukum Pidana:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) din Allah (dienulloh), jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur: 2)
Ad-Din dengan makna Agama/Ikatan (bersifat mengikat):
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) din (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 256)
Ad-Din dengan makna Ideologi/Ketundukan (penyerahan diri):
Maka apakah mereka mencari din yang lain dari din Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS. Ali Imran: 83)
Ad-Din dengan makna Sosial/Etika/Moral:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Din-nya?
Itulah orang yang menghardik anak yatim.
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma`un: 1-3)
Ad-Din dengan makna Undang-undang/Keputusan/Ketetapan:
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (QS. Yusuf: 76)
Ad-Din dengan makna Pemimpin/Imam/Khalifah:
Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka din-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An`am: 137)
Ad-Din dengan makna Teritorial/Zona hukum/Negara/Daulah:
Dan datanglah dari ujung kota (Madinah), seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (QS. Yasin: 20)
B. UNSUR-UNSUR AD-DIN
Unsur-unsur Ad-Din dibagi menjadi tiga:
1. Hukum (Law); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid "Rububiyyah" Allah di alam semesta ini.
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)
2. Daar/Negeri (State); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Mulkiyyah" Allah di kerajaan bumi ini.
"Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong." (QS. Al-Baqarah: 107)
3. Jama’ah/Umat/Rakyat (People); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Uluhiyyah" Allah dengan hanya memurnikan pengabdian dan penghambaan kepada Allah semata.
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)
C. KLASIFIKASI AD-DIN
Klasifikasi Ad-Din dibagi menjadi dua:
1. Dinul Haq
Dinul haq adalah din Allah melalui perantara rasul-rasul-Nya yang telah disempurnakan pada masa Rasulullah Muhammad Saw, sebagai Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir. Dinul Haq juga disebut dinul Islam atau dinullah. Atau dengan istilah lain, dinul haq adalah din tauhid yang disyariatkan Allah dengan kitab-Nya untuk keselamatan manusia atas fitrah dan lingkungannya.
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu din-mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi din bagimu..." (QS. Al-Maidah: 3)
"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan Din yang haq agar dimenangkan-Nya terhadap semua din.." (QS. Al-Fath: 28)
2. Dinul Bathil
Dinul bathil adalah din Thoghut (syaitan) melalui perantara pengikut-pengikut-Nya yang terdiri dari golongan jin dan manusia yang tidak mengakui atau menerima dinullah sebagai jalan hidupnya. Din bathil disebut juga dinul kafir atau dinul jahiliyyah. Atau dengan istilah lain, dinul bathil adalah din musyrik yang disyariatkan orang-orang kafir dengan hawa nafsu dan angan-angannya untuk merusak fitrah manusia dan keseimbangan lingkungan demi tujuan-tujuan duniawi.
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa: 60)
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab ? Mereka percaya kepada jibt dan thoghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 51)
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al-Jin: 6)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatziyah: 43)
Andaikata Islam dimaknakan agama, lalu mereka yang menjadikan din bathil sebagai jalan hidupnya serta mengangkat pemimpin melalui mekanisme din bathil, maka tidak dapat dikatakan mereka beragama Islam, meskipun mereka menjalankan ibadah yang bersifat ritual seperti sholat, puasa, dan haji. Karena para penganut dan pengikut paham din bathil hanya mengakui eksistensi Allah sebagai Dzat yang diagungkan di langit, namun menolak pengagungan din Allah di bumi.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : 'Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. An-Nisa: 150-151)
D. SIKAP ORANG BERIMAN TERHADAP DINUL HAQ
Allah Azza wa Jalla telah mensyariatkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad Saw hingga sampai saat ini yakni penegakkan Dinul Islam dan tidak berpecah belah. Maka siapa yang melakukan perpecahan umat Islam dengan metode, cara dan dalam bentuk apapun, kemudian melibatkan diri ke dalam mekanisme din bathil, maka pelakunya adalah musyrik dan segala aktivitasnya mengandung nilai kesyirikan. Sebagaimana firman Allah Ta`ala dalam surat Asy Syura ayat 13:
"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah din dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik din yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada din itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Dan telah diperingatkan di dalam surat sebelumnya:
"...dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah din mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar-Ruum: 31-32)
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa: 48)
Maka yang harus dilakukan bagi setiap mukmin adalah mencari wasilah (cara/sarana) untuk mendekatkan diri kepada Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 35)
Huwalladzii arsala rasuulahu bilhudaa wadiinilhaqqi liyuzhhirahu 'alaalddiini kullihi walaw karihal musyrikuun.
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan din yang haq untuk dimenangkan-Nya atas segala din, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (QS. At Taubah: 33)
1. Shirot = sarana untuk memberlakukan hukum Allah dengan menegakkan hukum Islam.
2. Sabil = sarana untuk mewujudkan kekuasaan Allah dengan menegakkan kekuasaan Islam
3. Thoriq = sarana untuk menghimpun manusia agar hanya beribadah kepada Allah saja dengan menghilangkan kesyirikan pada umat Islam dalam beribadah kepada Allah.
Cara-cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. TABLIGH
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (Tabsyir) dan berupa peringatan (Indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses keilmuan (Ta`lim), sedangkan indzar bisa melalui proses pemberian sangsi hukum (Tahkim). Inilah sarana (Shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (Ma’ruf), perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (Tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2. JIHAD
Jihad sebagai gerakan mengamankan jalan:
"Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang din dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At Taubah: 122)
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal: 7)
Jihad bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Din (Tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (Nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan atau penyerangan. Inilah sarana/wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (Fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut dengan cara meninggalkannya yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan diaplikasikan oleh seorang MUJAHID.
Waman yabtaghi ghayral-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fiil-aakhirati minalkhaasiriin.
Barangsiapa mencari din selain din Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)
Innaddiina 'indallaahil-islaam. Wamaa ikhtalafalladziina uutuulkitaaba illaa min ba'di maa jaa-ahumul'ilmu baghyan baynahum. Waman yakfur bi-aayaatillaahi fa-innallaaha sarii'ulhisaab.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran: 19)
Berdasarkan kamus munjid, Din terbagi ke dalam beberapa masdar kata :
1. Al-Jaza wal mukafa = pahala, balasan.
2. Al-Qodo = peraturan.
3. At-Thathbir = pengelolaan.
4. Al-Hisab = perhitungan.
5. Al-Malik/Al-Mulk wal sulthan = kerajaan, raja, wilayah kekuasaan.
Makna Ad Din الدين yang diterjemahkan Departemen Agama RI adalah AGAMA. Sedangkan agama berasal dari bahasa sansekerta (bukan bahasa Arab) yang terdiri dari dua kata A (tidak) dan Gama (kocar-kacir/kacau balau). Jadi secara bahasa, agama artinya tidak kocar-kacir, atau tidak kacau balau. Kalau disatukan dengan kata Islam, memiliki arti tidak kacau balau Islam (Agama Islam), dan ini sangatlah aneh jika kita pahami seperti itu. Namun keunggulan bahasa Arab dibanding dengan bahasa lain ialah satu kata dapat memiliki makna/arti yang sangat beragam.
Kata din, menurut al-Syahrastani (ulama besar Persia), memiliki beberapa pengertian. Yang paling umum adalah "ketundukan dan ketaatan" (al-ta'ah wa al-inqiyad). Ad-Din dari berbagai kamus, (kamus lisanul Arab, Munawwar, dan tafsir) makna DIN mempunyai lebih dari 30 suku kata/mufrodat/konjungasi, diantaranya; An-Nasihat (nasihat), al-Jaza (pembalasan), Al-Hukmu (hukum/undang-undang), Al-Qodlo (ketetapan), Al-A'dat (kebiasaan), Asy-Syar'i (syari'at), Ad-Daulah (Daulah), As-Sulthon (kekuasaan), Ath-Tho'ah (ketaatan), Ad-Dar (negara/madinah), Al-Khilafah (khilafah), Al-Hal (segala permasalahan), Al-'Adalah (keadilan), Al-Millah dan lain-lain.
Dari mufrodat diatas bisa difahami bahwa Ad-Din adalah tata nilai atau suatu peraturan. Ad-Din juga dimaknai Negara karena didalam negara ada suatu peraturan yang berlaku. Ad-Din dimakni hukum, karena hukum itu sendiri adalah peraturan atau ada juga diartikan pembalasan dalam surat al-fatihah; Maliki yaumiddin (yang merajai/menguasai hari pembalasan). Karena segala peraturan pasti ada balasan, dan Ad-Din dimaknai Al-Hal (segala permasalahan) maka semua permasalahan yang terjadi di dunia ini harus memiliki peraturan/Ad Din sebagai solusi yang bersifat melindungi (protektif), mencegah (preventif) dan menghukum (preventatif).
Ad-Din dengan makna Hukum Pidana:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) din Allah (dienulloh), jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur: 2)
Ad-Din dengan makna Agama/Ikatan (bersifat mengikat):
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) din (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 256)
Ad-Din dengan makna Ideologi/Ketundukan (penyerahan diri):
Maka apakah mereka mencari din yang lain dari din Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS. Ali Imran: 83)
Ad-Din dengan makna Sosial/Etika/Moral:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Din-nya?
Itulah orang yang menghardik anak yatim.
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma`un: 1-3)
Ad-Din dengan makna Undang-undang/Keputusan/Ketetapan:
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (QS. Yusuf: 76)
Ad-Din dengan makna Pemimpin/Imam/Khalifah:
Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka din-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An`am: 137)
Ad-Din dengan makna Teritorial/Zona hukum/Negara/Daulah:
Dan datanglah dari ujung kota (Madinah), seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (QS. Yasin: 20)
B. UNSUR-UNSUR AD-DIN
Unsur-unsur Ad-Din dibagi menjadi tiga:
1. Hukum (Law); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid "Rububiyyah" Allah di alam semesta ini.
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)
2. Daar/Negeri (State); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Mulkiyyah" Allah di kerajaan bumi ini.
"Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong." (QS. Al-Baqarah: 107)
3. Jama’ah/Umat/Rakyat (People); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Uluhiyyah" Allah dengan hanya memurnikan pengabdian dan penghambaan kepada Allah semata.
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)
C. KLASIFIKASI AD-DIN
Klasifikasi Ad-Din dibagi menjadi dua:
1. Dinul Haq
Dinul haq adalah din Allah melalui perantara rasul-rasul-Nya yang telah disempurnakan pada masa Rasulullah Muhammad Saw, sebagai Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir. Dinul Haq juga disebut dinul Islam atau dinullah. Atau dengan istilah lain, dinul haq adalah din tauhid yang disyariatkan Allah dengan kitab-Nya untuk keselamatan manusia atas fitrah dan lingkungannya.
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu din-mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi din bagimu..." (QS. Al-Maidah: 3)
"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan Din yang haq agar dimenangkan-Nya terhadap semua din.." (QS. Al-Fath: 28)
2. Dinul Bathil
Dinul bathil adalah din Thoghut (syaitan) melalui perantara pengikut-pengikut-Nya yang terdiri dari golongan jin dan manusia yang tidak mengakui atau menerima dinullah sebagai jalan hidupnya. Din bathil disebut juga dinul kafir atau dinul jahiliyyah. Atau dengan istilah lain, dinul bathil adalah din musyrik yang disyariatkan orang-orang kafir dengan hawa nafsu dan angan-angannya untuk merusak fitrah manusia dan keseimbangan lingkungan demi tujuan-tujuan duniawi.
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa: 60)
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab ? Mereka percaya kepada jibt dan thoghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 51)
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al-Jin: 6)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatziyah: 43)
Andaikata Islam dimaknakan agama, lalu mereka yang menjadikan din bathil sebagai jalan hidupnya serta mengangkat pemimpin melalui mekanisme din bathil, maka tidak dapat dikatakan mereka beragama Islam, meskipun mereka menjalankan ibadah yang bersifat ritual seperti sholat, puasa, dan haji. Karena para penganut dan pengikut paham din bathil hanya mengakui eksistensi Allah sebagai Dzat yang diagungkan di langit, namun menolak pengagungan din Allah di bumi.
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : 'Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. An-Nisa: 150-151)
D. SIKAP ORANG BERIMAN TERHADAP DINUL HAQ
Allah Azza wa Jalla telah mensyariatkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad Saw hingga sampai saat ini yakni penegakkan Dinul Islam dan tidak berpecah belah. Maka siapa yang melakukan perpecahan umat Islam dengan metode, cara dan dalam bentuk apapun, kemudian melibatkan diri ke dalam mekanisme din bathil, maka pelakunya adalah musyrik dan segala aktivitasnya mengandung nilai kesyirikan. Sebagaimana firman Allah Ta`ala dalam surat Asy Syura ayat 13:
"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah din dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik din yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada din itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Dan telah diperingatkan di dalam surat sebelumnya:
"...dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah din mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar-Ruum: 31-32)
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa: 48)
Maka yang harus dilakukan bagi setiap mukmin adalah mencari wasilah (cara/sarana) untuk mendekatkan diri kepada Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 35)
Huwalladzii arsala rasuulahu bilhudaa wadiinilhaqqi liyuzhhirahu 'alaalddiini kullihi walaw karihal musyrikuun.
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan din yang haq untuk dimenangkan-Nya atas segala din, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (QS. At Taubah: 33)
1. Shirot = sarana untuk memberlakukan hukum Allah dengan menegakkan hukum Islam.
2. Sabil = sarana untuk mewujudkan kekuasaan Allah dengan menegakkan kekuasaan Islam
3. Thoriq = sarana untuk menghimpun manusia agar hanya beribadah kepada Allah saja dengan menghilangkan kesyirikan pada umat Islam dalam beribadah kepada Allah.
Cara-cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. TABLIGH
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 67)
Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (Tabsyir) dan berupa peringatan (Indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses keilmuan (Ta`lim), sedangkan indzar bisa melalui proses pemberian sangsi hukum (Tahkim). Inilah sarana (Shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (Ma’ruf), perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (Tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
2. JIHAD
Jihad sebagai gerakan mengamankan jalan:
"Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang din dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At Taubah: 122)
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal: 7)
Jihad bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Din (Tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (Nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan atau penyerangan. Inilah sarana/wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (Fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut dengan cara meninggalkannya yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan diaplikasikan oleh seorang MUJAHID.
Waman yabtaghi ghayral-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fiil-aakhirati minalkhaasiriin.
Barangsiapa mencari din selain din Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)
TANGGALKAN SEGALA NAMA KARENA ITU SYIRIK YANG NYATA
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:" Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! " QS. al-Baqarah (2) : 31
Hal pertama yang di ajarkan oleh Allah Khalifah adalah Nama-Nama karena ternyata siapapun yang tejebak dalam Nama selain Allah akan terjerumus dalam perselisihan yang pada ahirnya aka terjebak dalam kebanggaan Nama golongan,
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
*dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
QS. ar-Rum (30) : 31-32
Keberhalaan patung atau fisik lainya sagat mudah dilihat namun keberhalaan non fisik terlihat biasa dan wajar dan biasa. Manusia terjebak dalam hal ini cenderung tidak merasa bahkan akan semakinteggelam dalam kewajaran bahkan menjadi dogma keharusan.
AHLIKITAB MENGEMAS NAMA ITU MEJADIKAN NAMA-NAMA SEOLAH-OLAH KEBENARAN
Ahlikitab qabla Muhammad saw telah menjadi pembahasan dalam Al-Quran dari ber bagai sudut pandang, mulai dari saat mereka megemas ajaran utusan menjadi lembaran kertas, hingga saat mereka membuat ketetapan keagamaan tanpa bimbigan utusan yang nyata. Sampai kepada permasalahan siapa yang di anggap sesat menurut mereka.
Ahlikitab selalu membesarakan nama besar utusan sedemikia rupa, diatara mereka mengatakan utusan yang mereka klaim sebagai panutannya sebagai Tuhan, atau diantara mereka mengatakan bahwa utusan yang mereka klaim sebagai utusan terahir, dan setelahnya Allah tidak menurukan apapun kepada manusia.
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Mai'dah (5) : 19
NAMA AGAMA DAN SEKTERIAN
Subuah nama jika dinisbatkan kepada agama akan terlihat seolah olah bagian dari Dienullah, baik yang berkembang mejadi agama atau hanya sebagai sekterian dari agama tertentu.
Saat mausia telah terjebak dalam Nama besar yang demikian maka akan mejadi dogma serta doktrin, bahwa siapapun yang tidak termasuk dalam kelompok mereka akan tersesat dan tak akan masuk sorga:
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُواْ بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Dan mereka berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".
QS. al-Baqarah (2) : 111
PERPECAHAN AGAMA DAN SEKTERIAN TERJADI DIMASA SEBELUM DAN SESUDAH MUHAMMAD SAW
Sungguh Ummat ini juga telah terjebak dalam perselisihan yang amat dahsat hingga perpecahan dan sekterian begitu berkeping-keping.
Dan mereka menganggap perselisihan sebuah keniscayaan, atau kewajaran.
Ada hal yang mereka semakin bangga dengan golongan dan sekterian
semua megklaim “kamilah yang paling benar”
alasan mereka sangat berfariasi, ada yang beralasan dan berpegang pada silsilah, ada yang menggap pengikut sunnah, ada yang megatakan kami pengikut salafush-shaleh, ada yang mengangap dirinya pembela, ada yang menganggap dirinya penegak khilafah, ada yang meng klaim pejuang daulah islam da seterus-nya.
Intinya mereka mereka telah terjebak dalam nama-nama besar kelompok mereka.
فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Kemudian MEREKA (PENGIKUT-PENGIKUT RASUL) MENJADIKAN AGAMA MEREKA TERPECAH BELAH MENJADI BEBERAPA PECAHAN. TIAP-TIAP GOLONGAN MERASA BANGGA DENGAN APA YANG ADA PADA SISI MEREKA (masing-masing). QS. al-Mu'minun (23) : 53
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
yaitu ORANG-ORANG YANG MEMECAH BELAH AGAMA MEREKA DAN MEREKA MENJADI BEBERAPA GOLONGAN. TIAP-TIAP GOLONGAN MERASA BANGGA DENGAN APA YANG ADA PADA GOLONGAN MEREKA. QS. ar-Rum (30) : 32
Dan sungguh mereka telah terjebak dalam nama besar golongan mereka.
Mereka melemparkan setiap sesat adalah orang lain dan menganggap dirinya ada dalam kebenaran atas dasar nama besar mereka.
Sehingga setiap Allah mengingatkan mereka, melalui pembawa peringatan diantara mereka sebuah hal yang meng ada-ada mereka mengagap perbuatan mereka baik bahkan mereka memper olok-olok nya dan ayat-ayat yag dibacakan.
فَلَمَّا جَاءتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِندَهُم مِّنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُون
Maka tatkala datang kepada mereka utusan- utusan (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, MEREKA MERASA SENANG DENGAN PENGETAHUAN YANG ADA PADA MEREKA DAN MEREKA dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. QS. al-Mu'min (40) : 83
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاء وَيَهْدِي مَن يَشَاء فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik,? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakinya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. QS. Fathir (35) : 8
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنذِرُوا هُزُوًا
Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan. QS. al-Kahfi (18) : 56
Sungguh pegetahuan mereka telah meyesatkan mereka, dengan sesesat-sesatnya hingga mereka menganggap dan mejadikan bahan oleok-olok setiap datang pembawa peringatan.
Mereka sangka-kan bahwa Allah tak-kan medatangkan apapun setelah utusan-utusan yang mereka klaim sebagai Nabi mereka, padahal nabi mereka adalah pembawa Nubuat akan datangnya utusan berikut setelah Nyata diri-Nya.
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ
Katakanlah: Aku (Mukhammad) tidak meminta upah sedikitpun atas seruan Ku, dan bukanlah Aku orang yang mengada-ada.
ADALAH DIA (Khalifah) tidak lain pemberi peringatan atas alam semesta.
Dan kalian akan mengetahui berita besar ini (Annab) beberapa waktu lagi setelah ini. Qs, 38:86-88
KEBESARAN NAMA KHALIFAH, IMAM ATAU NABI MASA LALU
Benar Allah telah memuliakan Khalifah Imam dan Nabi, Baik yang di ceritakan dalam kitab mereka atau tidak.
Tapi Nama mereka adalah masa lalu dan Allah selalu megutus Khalifah Imam atau Nabi di setiap namun Ahlikitab menutup rapat-rapat kemungkinan datangnya pembawa peringatan dengan segala alasan yang mereka miliki.
وَلَقَدْ جَاءكُمْ يُوسُفُ مِن قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِّمَّا جَاءكُم بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَن يَبْعَثَ اللَّهُ مِن بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُّرْتَابٌ
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya". Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.
QS. al-Mu'min (40) : 34
Ahlikitab yang menganggap adanya pembawa peringatan merka terbendung oleh kebesaran Nama utusan mereka yang mereka klaim sebagai panutan.
Hingga setiap datang kepada mereka mereka berkata kami percaya kepada Allah dan hari ahir, atau bahasa yang semakin yata Kami percaya kepada Allah yang telah megutus Utusan kami dulu dan yang akan datang bukan yang sekarang.
WAHAI AHLI KITAB SESUNGGUHNYA TELAH DATANG KEPADAMU UTUSAN KAMI GUNA MENGINGATKAN KAMI
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
QS. al-Mai'dah (5) : 15
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Mai'dah (5) : 19
Hal pertama yang di ajarkan oleh Allah Khalifah adalah Nama-Nama karena ternyata siapapun yang tejebak dalam Nama selain Allah akan terjerumus dalam perselisihan yang pada ahirnya aka terjebak dalam kebanggaan Nama golongan,
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
*dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
QS. ar-Rum (30) : 31-32
Keberhalaan patung atau fisik lainya sagat mudah dilihat namun keberhalaan non fisik terlihat biasa dan wajar dan biasa. Manusia terjebak dalam hal ini cenderung tidak merasa bahkan akan semakinteggelam dalam kewajaran bahkan menjadi dogma keharusan.
AHLIKITAB MENGEMAS NAMA ITU MEJADIKAN NAMA-NAMA SEOLAH-OLAH KEBENARAN
Ahlikitab qabla Muhammad saw telah menjadi pembahasan dalam Al-Quran dari ber bagai sudut pandang, mulai dari saat mereka megemas ajaran utusan menjadi lembaran kertas, hingga saat mereka membuat ketetapan keagamaan tanpa bimbigan utusan yang nyata. Sampai kepada permasalahan siapa yang di anggap sesat menurut mereka.
Ahlikitab selalu membesarakan nama besar utusan sedemikia rupa, diatara mereka mengatakan utusan yang mereka klaim sebagai panutannya sebagai Tuhan, atau diantara mereka mengatakan bahwa utusan yang mereka klaim sebagai utusan terahir, dan setelahnya Allah tidak menurukan apapun kepada manusia.
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Mai'dah (5) : 19
NAMA AGAMA DAN SEKTERIAN
Subuah nama jika dinisbatkan kepada agama akan terlihat seolah olah bagian dari Dienullah, baik yang berkembang mejadi agama atau hanya sebagai sekterian dari agama tertentu.
Saat mausia telah terjebak dalam Nama besar yang demikian maka akan mejadi dogma serta doktrin, bahwa siapapun yang tidak termasuk dalam kelompok mereka akan tersesat dan tak akan masuk sorga:
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُواْ بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Dan mereka berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".
QS. al-Baqarah (2) : 111
PERPECAHAN AGAMA DAN SEKTERIAN TERJADI DIMASA SEBELUM DAN SESUDAH MUHAMMAD SAW
Sungguh Ummat ini juga telah terjebak dalam perselisihan yang amat dahsat hingga perpecahan dan sekterian begitu berkeping-keping.
Dan mereka menganggap perselisihan sebuah keniscayaan, atau kewajaran.
Ada hal yang mereka semakin bangga dengan golongan dan sekterian
semua megklaim “kamilah yang paling benar”
alasan mereka sangat berfariasi, ada yang beralasan dan berpegang pada silsilah, ada yang menggap pengikut sunnah, ada yang megatakan kami pengikut salafush-shaleh, ada yang mengangap dirinya pembela, ada yang menganggap dirinya penegak khilafah, ada yang meng klaim pejuang daulah islam da seterus-nya.
Intinya mereka mereka telah terjebak dalam nama-nama besar kelompok mereka.
فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Kemudian MEREKA (PENGIKUT-PENGIKUT RASUL) MENJADIKAN AGAMA MEREKA TERPECAH BELAH MENJADI BEBERAPA PECAHAN. TIAP-TIAP GOLONGAN MERASA BANGGA DENGAN APA YANG ADA PADA SISI MEREKA (masing-masing). QS. al-Mu'minun (23) : 53
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
yaitu ORANG-ORANG YANG MEMECAH BELAH AGAMA MEREKA DAN MEREKA MENJADI BEBERAPA GOLONGAN. TIAP-TIAP GOLONGAN MERASA BANGGA DENGAN APA YANG ADA PADA GOLONGAN MEREKA. QS. ar-Rum (30) : 32
Dan sungguh mereka telah terjebak dalam nama besar golongan mereka.
Mereka melemparkan setiap sesat adalah orang lain dan menganggap dirinya ada dalam kebenaran atas dasar nama besar mereka.
Sehingga setiap Allah mengingatkan mereka, melalui pembawa peringatan diantara mereka sebuah hal yang meng ada-ada mereka mengagap perbuatan mereka baik bahkan mereka memper olok-olok nya dan ayat-ayat yag dibacakan.
فَلَمَّا جَاءتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِندَهُم مِّنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُون
Maka tatkala datang kepada mereka utusan- utusan (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, MEREKA MERASA SENANG DENGAN PENGETAHUAN YANG ADA PADA MEREKA DAN MEREKA dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. QS. al-Mu'min (40) : 83
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاء وَيَهْدِي مَن يَشَاء فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik,? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakinya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. QS. Fathir (35) : 8
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنذِرُوا هُزُوًا
Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan. QS. al-Kahfi (18) : 56
Sungguh pegetahuan mereka telah meyesatkan mereka, dengan sesesat-sesatnya hingga mereka menganggap dan mejadikan bahan oleok-olok setiap datang pembawa peringatan.
Mereka sangka-kan bahwa Allah tak-kan medatangkan apapun setelah utusan-utusan yang mereka klaim sebagai Nabi mereka, padahal nabi mereka adalah pembawa Nubuat akan datangnya utusan berikut setelah Nyata diri-Nya.
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ
Katakanlah: Aku (Mukhammad) tidak meminta upah sedikitpun atas seruan Ku, dan bukanlah Aku orang yang mengada-ada.
ADALAH DIA (Khalifah) tidak lain pemberi peringatan atas alam semesta.
Dan kalian akan mengetahui berita besar ini (Annab) beberapa waktu lagi setelah ini. Qs, 38:86-88
KEBESARAN NAMA KHALIFAH, IMAM ATAU NABI MASA LALU
Benar Allah telah memuliakan Khalifah Imam dan Nabi, Baik yang di ceritakan dalam kitab mereka atau tidak.
Tapi Nama mereka adalah masa lalu dan Allah selalu megutus Khalifah Imam atau Nabi di setiap namun Ahlikitab menutup rapat-rapat kemungkinan datangnya pembawa peringatan dengan segala alasan yang mereka miliki.
وَلَقَدْ جَاءكُمْ يُوسُفُ مِن قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِّمَّا جَاءكُم بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَن يَبْعَثَ اللَّهُ مِن بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُّرْتَابٌ
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya". Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.
QS. al-Mu'min (40) : 34
Ahlikitab yang menganggap adanya pembawa peringatan merka terbendung oleh kebesaran Nama utusan mereka yang mereka klaim sebagai panutan.
Hingga setiap datang kepada mereka mereka berkata kami percaya kepada Allah dan hari ahir, atau bahasa yang semakin yata Kami percaya kepada Allah yang telah megutus Utusan kami dulu dan yang akan datang bukan yang sekarang.
WAHAI AHLI KITAB SESUNGGUHNYA TELAH DATANG KEPADAMU UTUSAN KAMI GUNA MENGINGATKAN KAMI
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
QS. al-Mai'dah (5) : 15
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. al-Mai'dah (5) : 19
Langganan:
Postingan (Atom)