Laman

13.5.10

Ma’rifatud Dien (Mengenal Agama)

A. PENGERTIAN



Innaddiina 'indallaahil-islaam. Wamaa ikhtalafalladziina uutuulkitaaba illaa min ba'di maa jaa-ahumul'ilmu baghyan baynahum. Waman yakfur bi-aayaatillaahi fa-innallaaha sarii'ulhisaab.


Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran: 19)

Berdasarkan kamus munjid, Din terbagi ke dalam beberapa masdar kata :

1. Al-Jaza wal mukafa = pahala, balasan.
2. Al-Qodo = peraturan.
3. At-Thathbir = pengelolaan.
4. Al-Hisab = perhitungan.
5. Al-Malik/Al-Mulk wal sulthan = kerajaan, raja, wilayah kekuasaan.

Makna Ad Din الدين yang diterjemahkan Departemen Agama RI adalah AGAMA. Sedangkan agama berasal dari bahasa sansekerta (bukan bahasa Arab) yang terdiri dari dua kata A (tidak) dan Gama (kocar-kacir/kacau balau). Jadi secara bahasa, agama artinya tidak kocar-kacir, atau tidak kacau balau. Kalau disatukan dengan kata Islam, memiliki arti tidak kacau balau Islam (Agama Islam), dan ini sangatlah aneh jika kita pahami seperti itu. Namun keunggulan bahasa Arab dibanding dengan bahasa lain ialah satu kata dapat memiliki makna/arti yang sangat beragam.

Kata din, menurut al-Syahrastani (ulama besar Persia), memiliki beberapa pengertian. Yang paling umum adalah "ketundukan dan ketaatan" (al-ta'ah wa al-inqiyad). Ad-Din dari berbagai kamus, (kamus lisanul Arab, Munawwar, dan tafsir) makna DIN mempunyai lebih dari 30 suku kata/mufrodat/konjungasi, diantaranya; An-Nasihat (nasihat), al-Jaza (pembalasan), Al-Hukmu (hukum/undang-undang), Al-Qodlo (ketetapan), Al-A'dat (kebiasaan), Asy-Syar'i (syari'at), Ad-Daulah (Daulah), As-Sulthon (kekuasaan), Ath-Tho'ah (ketaatan), Ad-Dar (negara/madinah), Al-Khilafah (khilafah), Al-Hal (segala permasalahan), Al-'Adalah (keadilan), Al-Millah dan lain-lain.

Dari mufrodat diatas bisa difahami bahwa Ad-Din adalah tata nilai atau suatu peraturan. Ad-Din juga dimaknai Negara karena didalam negara ada suatu peraturan yang berlaku. Ad-Din dimakni hukum, karena hukum itu sendiri adalah peraturan atau ada juga diartikan pembalasan dalam surat al-fatihah; Maliki yaumiddin (yang merajai/menguasai hari pembalasan). Karena segala peraturan pasti ada balasan, dan Ad-Din dimaknai Al-Hal (segala permasalahan) maka semua permasalahan yang terjadi di dunia ini harus memiliki peraturan/Ad Din sebagai solusi yang bersifat melindungi (protektif), mencegah (preventif) dan menghukum (preventatif).


Ad-Din dengan makna Hukum Pidana:



Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) din Allah (dienulloh), jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur: 2)


Ad-Din dengan makna Agama/Ikatan (bersifat mengikat):



Tidak ada paksaan untuk (memasuki) din (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 256)


Ad-Din dengan makna Ideologi/Ketundukan (penyerahan diri):



Maka apakah mereka mencari din yang lain dari din Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS. Ali Imran: 83)


Ad-Din dengan makna Sosial/Etika/Moral:



Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Din-nya?



Itulah orang yang menghardik anak yatim.



Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma`un: 1-3)


Ad-Din dengan makna Undang-undang/Keputusan/Ketetapan:



Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (QS. Yusuf: 76)


Ad-Din dengan makna Pemimpin/Imam/Khalifah:



Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka din-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An`am: 137)


Ad-Din dengan makna Teritorial/Zona hukum/Negara/Daulah:



Dan datanglah dari ujung kota (Madinah), seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (QS. Yasin: 20)


B. UNSUR-UNSUR AD-DIN


Unsur-unsur Ad-Din dibagi menjadi tiga:

1. Hukum (Law); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid "Rububiyyah" Allah di alam semesta ini.

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)

2. Daar/Negeri (State); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Mulkiyyah" Allah di kerajaan bumi ini.

"Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong." (QS. Al-Baqarah: 107)

3. Jama’ah/Umat/Rakyat (People); sebagai wujud kongkrit dari eksistensi tauhid “Uluhiyyah" Allah dengan hanya memurnikan pengabdian dan penghambaan kepada Allah semata.

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)


C. KLASIFIKASI AD-DIN


Klasifikasi Ad-Din dibagi menjadi dua:

1. Dinul Haq

Dinul haq adalah din Allah melalui perantara rasul-rasul-Nya yang telah disempurnakan pada masa Rasulullah Muhammad Saw, sebagai Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir. Dinul Haq juga disebut dinul Islam atau dinullah. Atau dengan istilah lain, dinul haq adalah din tauhid yang disyariatkan Allah dengan kitab-Nya untuk keselamatan manusia atas fitrah dan lingkungannya.

"... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu din-mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi din bagimu..." (QS. Al-Maidah: 3)

"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan Din yang haq agar dimenangkan-Nya terhadap semua din.." (QS. Al-Fath: 28)

2. Dinul Bathil

Dinul bathil adalah din Thoghut (syaitan) melalui perantara pengikut-pengikut-Nya yang terdiri dari golongan jin dan manusia yang tidak mengakui atau menerima dinullah sebagai jalan hidupnya. Din bathil disebut juga dinul kafir atau dinul jahiliyyah. Atau dengan istilah lain, dinul bathil adalah din musyrik yang disyariatkan orang-orang kafir dengan hawa nafsu dan angan-angannya untuk merusak fitrah manusia dan keseimbangan lingkungan demi tujuan-tujuan duniawi.

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa: 60)

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab ? Mereka percaya kepada jibt dan thoghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 51)

"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al-Jin: 6)

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatziyah: 43)

Andaikata Islam dimaknakan agama, lalu mereka yang menjadikan din bathil sebagai jalan hidupnya serta mengangkat pemimpin melalui mekanisme din bathil, maka tidak dapat dikatakan mereka beragama Islam, meskipun mereka menjalankan ibadah yang bersifat ritual seperti sholat, puasa, dan haji. Karena para penganut dan pengikut paham din bathil hanya mengakui eksistensi Allah sebagai Dzat yang diagungkan di langit, namun menolak pengagungan din Allah di bumi.

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : 'Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. An-Nisa: 150-151)


D. SIKAP ORANG BERIMAN TERHADAP DINUL HAQ


Allah Azza wa Jalla telah mensyariatkan sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad Saw hingga sampai saat ini yakni penegakkan Dinul Islam dan tidak berpecah belah. Maka siapa yang melakukan perpecahan umat Islam dengan metode, cara dan dalam bentuk apapun, kemudian melibatkan diri ke dalam mekanisme din bathil, maka pelakunya adalah musyrik dan segala aktivitasnya mengandung nilai kesyirikan. Sebagaimana firman Allah Ta`ala dalam surat Asy Syura ayat 13:



"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah din dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik din yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada din itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."

Dan telah diperingatkan di dalam surat sebelumnya:

"...dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah din mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar-Ruum: 31-32)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa: 48)

Maka yang harus dilakukan bagi setiap mukmin adalah mencari wasilah (cara/sarana) untuk mendekatkan diri kepada Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 35)

Huwalladzii arsala rasuulahu bilhudaa wadiinilhaqqi liyuzhhirahu 'alaalddiini kullihi walaw karihal musyrikuun.

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan din yang haq untuk dimenangkan-Nya atas segala din, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (QS. At Taubah: 33)

1. Shirot = sarana untuk memberlakukan hukum Allah dengan menegakkan hukum Islam.

2. Sabil = sarana untuk mewujudkan kekuasaan Allah dengan menegakkan kekuasaan Islam

3. Thoriq = sarana untuk menghimpun manusia agar hanya beribadah kepada Allah saja dengan menghilangkan kesyirikan pada umat Islam dalam beribadah kepada Allah.

Cara-cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. TABLIGH

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 67)

Tabligh ini bisa berupa kabar gembira (Tabsyir) dan berupa peringatan (Indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses keilmuan (Ta`lim), sedangkan indzar bisa melalui proses pemberian sangsi hukum (Tahkim). Inilah sarana (Shirot) untuk menuju petunjuk (Shirotol mustaqim) yang baik (Ma’ruf), perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (Tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.

2. JIHAD

Jihad sebagai gerakan mengamankan jalan:

"Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang din dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At Taubah: 122)

"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal: 7)

Jihad bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Din (Tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (Nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan atau penyerangan. Inilah sarana/wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Allah (Amru) untuk dilaksanakan (Imtitsal) melalui perbuatan (Fi’lun) yang kokoh/ teguh (Itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut dengan cara meninggalkannya yang rusak (Munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan diaplikasikan oleh seorang MUJAHID.


Waman yabtaghi ghayral-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fiil-aakhirati minalkhaasiriin.


Barangsiapa mencari din selain din Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar