Laman

11.5.10

MELIBATKAN SANG MAHA

Otak dan akal manusia sangatlah terbatas.
Kemampuannya dan pengetahuannya juga terbatas.
Dan ada yang tidak berbatas, Dialah Allah’ azza wa jalla.

SAUDARA- sangat bias untuk segera meraih sukses, sangat mungkin untuk segera meraih kemenangan, Caranya ? Dengan menjadikan Allah sebagai mitra sejak melangkah diperjalanan.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya menjadikan Dia mitra sukses, mitra kemenangan ? Caranya hidup lurus, sering berdo’a dan memohon kepada-Nya, dan yang tidak kalah penting, persembahkan kesuksesan dan kemenangan kita bukan hanya untuk diri sendiri. Tapi juga untuk orang lain, untuk sesame. Pasti kesuksesan dan kemenangan milik kita.
Harus diakui, selama ini kita enggan menjadikan Dia mitra sukses. Kita hanya mau menjadikan pejabat sebagai mitra kita, padahal pejabat itu milik Allah, sekaligus kekayaannya. Kita selama ini hanya mau menjadikan orang kaya sbagai pemodal satu-satunya. Padahal kekayaannya berada dalam genggaman Allah.
Selama ini kita hanya mau menjadikan kawan yang kuat sebagai pelindung, entah kuat dalam arti fisik atau kuat dalam pengertian majazi; kuat jabatan, kuat kekuasaan, kuat harta. Padahal semua kekuatan hanya milik-Nya.
Walhasil, kita jauh dari kesuksesan sejati, kita jauh dari kemenangan hakiki. Kesuksesan dan kemenangan kita semu. Karena tidak melibatkan-Nya dalam hidup ini.
Duhai diriku, Allah engkau jadikan tidak lebih dari sekedar WC. WC, baru ditengok kalau perut sudah sakit. WC, diperlukan bila ingin buang hajat saja. Begitu juga engkau diperlakukan Allah. Begitu kesusahan mendera, buru-buru engkau cari Allah. Ke mana saja ketika senang ?
Tapi Allah, tetap Allah, dengan kemurahan-Nya, dengan keluasan kebijaksanaan-Nya, Dia tetak menerima manusia yang mau kembali kepada-Nya. Mulia sekarang, sejak kaki sudah mau melangkah, libatkan Allah. Beberapa cara melibatkan Allah dalam gerakan dan nafas kita :
1. Ketika bangun di pagi hari kita lapor kepada-Nya melalui doa. Ketika makan, kita awali dengan doa. Disetiap aktivitas kita libatkan Allah yang salah satu caranya adalah lewat doa.
2. Kita luruskan niat dan luruskan langkah. Ini juga salah satu cara melibatkan Allah, yakni melibatkan-Nya dalam aktivitas keseharian.Dia akan senang membantu pedagang yang jujur, karyawan yang disiplin, rumah tangga yang akur, orang kaya yang baik hati, orang miskin yang tidak sombong (bagaimana mau sombong ya kalau miskin ?), dan seterusnya. Bahasa lainnya adalah menganggap-Nya ada.
3. Kita persembahkan kesuksesan dan kemenangan kita untuk sesama. Manusia adalah perpanjangan tangan Allah di muka bumi dalam menebar kasih dan saying-Nya.


Langkah Sukses
Insya Allah, Allah akan senang melibatkan diri-Nya dalam langkah sukses kita. Bahkan mestinya bukan saja ketika baru melangkah sukses, melainkan juga tetap melibatkan Dia ketika kesuksesan sudah terasa di kehidupan kita.
Supaya apa ? Supaya dijaga semua nikmat, dan supaya berkah kesuksesan yang kita genggam. Seorang kawan bahkan berkata, dia melibatkan Allah, juga disetiap kesulitan yang dihadapi.
Walhasil, memang disetip jengkal kehidupan ini hendaknya kita selalu libatkan Dia. Ada lagi cara satu dua kawan yang agak berbeda. Dia ini selalu kedepankan sedekah (baca:membantu orang) bila dia punya hajat. Misalkan ketika ia ingin bisnis, lazimnya orang setelah sukses menggarap satu dua bisnis, baru ia keluarkan sebagian rezekinya untuk sesame.
Dia berbeda, dia keluarkan terlebih dahulu sebagian rezekinya (baca:modalnya) untuk mereka yang susah, tidak menunggu kalau berhasil. Jika ditanya alasannya, katanya kita memancing ikan aja pakai umpan. Nah, dia ini memancing keberhasilan (baca:menghasilkan uang) pakai uang. Dengan mengeluarkan sedekah didepan, dia yakin, kesuksesan sudah dipesan terlebih dahulu olehnya.
Termasuk ketika ia berhutang. Ia hitung hutangnya,. Katakanlah Rp 30 juta. Maka kawan saya ini mengeluarkan dulu Rp 750 ribu, atau 2,5%-nya di muka untuk membantu orang-orang. Setelah itu denagn penuh keyakinan ia yakin utang Rp 30 juta sudah pasti dijamin Allah. Dan nyatanya memang demikian.
Dengan jalan tersebut, dia sudah melibatkan Sang Maha secara langsung. Kemampuan otak dan akal kita begitu terbatas, bagaimana mungkin kita tidak butuh kehadiran Kekuasaan-Nya ?
Hamba berjalan sendirian, baik di awal langkah meniti sukses, maupun ketika menikmati kesuksesan. Akhirnya hamba jadi susah sendiri. Sebab hamba masih manusia, dan manusia tempatnya segala kekurangan dan keterbatasan.
Duhai Yang Maha Mengingatkan, ingatkan diri hamba bahwa Engkau masih di ‘arsy sana, dan selamanya akan berada disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar